Penyair
Noah Perry pernah bertanya, “ Siapa yang tahu pikiran anak-anak?” Psikolog
Swiss Jean Piaget (1896-1980) tahu lebih banyak dibandingkan orang lain.
Proses kognitif. Dalam
memahami dunia mereka secara aktif, anak-anak menggunakan skema (kerangka
kognitif atau kerangka refrensi). Sebuah skema
(schema) adalah konsep atau kerangka yang eksis di dalam fikiran individu yang
dipakai untuk mengorganisasikan dan meninterpretasikan informasi. Skema bisa
merentang mulai dari skema sederhana (seperti skema sebuah mobil) sampai skema
kompleks (seperti skema tentang apa yang membentuk alam semesta).
Piaget
(1952) mengatakan bahwa ada dua proses yang bertanggung jawab atas cara anak
menggunakan dan mengadaptasi skema mereka : Asimilasi dan Akomodasi.
Asimilasi
terjadi ketika orang menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan skematik
yang sudah mereka punya. Namun, Akomodasi
dapat terjadi ketika orang menyesuaikan skema pengetahuan mereka ke informasi
baru. Piaget juga mengatakan bahwa untuk memahami dunianya, anak-anak secara
kognitif mengorganisasikan pengalaman mereka. Organisasi adalah konsep Piaget yang berarti usaha mengelompokkan
urutan yang lebih teratur, ke dalam sistem fungsi kognitif. Dimana setiap level
pemikiran akan diorganisasikan. Ekuilibrium
adalah suatu mekanisme yang dikemukakan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak
bergerak dari satu tahap pemikiran ke tahap selanjutnya. Pergerseran ini
terjadi saat anak mengalami konflik kognitif atau diseekuilibrium dalam
usahanya untuk memahami dunianya. Pada akhirnya, anak memecahkan konflik itu
dan mendapatkan keseimbangan pemikiran.
Tahap-Tahap
Piagetian. Melalui observasinya, Piaget juga meyakini bahwa perkembangan
kognitif terjadi dalam 4 tahapan. Masing-masing tahap berhubungan dengan usia
dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-beda. Menurut Piaget, kemajuannya
berbeda-beda. Tahapan Piaget itu adalah fase sensorimotor, pra operasional,
operasional konkret, dan operasional formal.
Pemikiran
pra-operasional bisa dibagi menjadi 2 subtahap: fungsi simbolis dan pemikiran
intuitif. Subtahap fungsi simbolis,
subtahap pertama dari pemikiran pra-operasional, terjadi di antara usia 2-4
thn, berkembangnya kemampuan untuk merepresentasikan objek yang tidak hadir dan
meningkatnya pemikiran simbolis, muncul egosentrisme dan animisme. Subtahap pemikiran intuitif adalah subtahap
kedua dalam pemikiran pra-operasional, dimulai sekitar 4 thn dan berlangsung
sampai 7 thn. Pada subtahap ini, anak mulai menggunakan penalaran primitif dan
ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Piaget menyebut tahap ini sebagai
“intuitif” karena anak-anak tampaknya merasa yakin terhadap pengetahuan dan
pemahaman mereka, tetapi tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui
apa-apa yang mereka ingin ketahui. Artinya, mereka mengatakan bahwa mereka tahu
sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional.
Banyak contoh-contoh tahap pra-operasional ini menunjukkan karakteristik
pemikiran yang disebut centration, yaknni pemfokusan (atau
pemusatan) perhatian pada satu karakteristik dengan mengabaikan karakteristik
lainnnya. Centration tampak jelas
dalam kurangnya conservation dari anak di tahap pra-operasional. “Konservasi” (conservation) yang dimaksud di sini
adalah ide bahwa beberapa karakteristik dari objek itu tetap sama meski objek
itu berubah penampilannya. Tahap operasional
konkret adalah tahap perkembangan kognitif Piagetian ketiga, dimulai dari
sekitar umur 7thn sampai sekitar 11 thn. Pemikiran operasional konkret mencakup
penggunaan operasi. Penalaran logika menggantikan penalaran intuitif, tetapi
hanya dalam situasi konkret. Kemampuan untuk menggolong-golongkan sudah ada,
tetapi belum bisa memecahkan problem-problem abstrak. Operasi konkret adalah
tindakan mental yang bisa dibalikkan yang berkaitan dengan objek konkret nyata.
Operasi konkret membuat anak bisa mengordinasikan beberapa karakteristik, jadi
bukan hanya fokus pasa satu kualitas Dari objek. Tahap operasional formal, tahap ini muncul pada usia 7-15 thn, adalah
tahap keempat menurut teori Piaget dan tahap kognitif terakhir. Pada tahap ini,
individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman konkret, dan
memikirkannya secara lebih abstrak, idealis dan logis. Kualitas abstrak dari
pemikiran operasional tampak jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikir operasional
konkret perlu melihat elemen konkret A,B, dan C untuk menarik kesimpulan logis
bahwa jika A=B dan B=C, maka A=C. sebaliknya, pemikir operasional formal dapat
memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya disajikan secara verbal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar