Selasa, 17 Mei 2011

MOTIVASI BERPRESTASI

Topik : Peran Motivasi dalam Proses Mewujudkan Prestasi
Judul : Motivasi Berprestasi



PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Motivasi artinya menggerakkan seseorang untuk bertindak, memiliki fungsi khusus dalam menunjang prestasi.  Motivasi merupakan salah satu faktor internal selain konsep diri, minat, kebiasaan, kemandirian belajar, dan lain-lain yang mendukung pencapaian prestasi belajar. Sedangkan, faktor eksternal antara lain sarana prasarana, guru, orang tua dan lain-lain (Muhammad Yaumi, 2008)
Irwanto dkk (1996) menyatakan motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku (the energizer of behaviour), dengan kata lain motivasi adalah suatu konstruk teoritis terjadinya perilaku. Di dalamnya terkandung aspek-aspek pengaturan, pengarahan, dan tujuan.
Motivasi yang positif akan memudahkan orang untuk berhasil mengembangkan diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Dr. William James, Father of America psychology, mengatakan : "We can alter our lives by altering our altitudes” – Manusia dapat mengubah kehidupannya dengan mengubah sikap dan cara berpikirnya. Motivasi akan berpengaruh besar terhadap keseluruhan prilaku yang akan ditampilkan oleh seseorang, sehingga peserta didik yang memiliki motivasi positif akan mudah dikembangkan minatnya untuk belajar, karena menyadari bahwa belajar adalah kebutuhannya.
Orang yang kurang motivasi biasanya kurang mengaktualisasikan dirinya secara optimal. Dengan pengerjaan makalah ini, kami akan mengungkapkan faktor apa sajakah yang memotivasi seseorang dalam mencapai prestasinya.

I.2 Fenomena Aktual
Motivasi merupakan hal yang paling penting dalam diri seorang manusia untuk mencapai apa yang ia inginkan. Motivasi terbagi menjadi dua bagian yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal dari dalam diri individu itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik asalnya dari luar individu tersebut. Umumnya, motivasi intrinsik seseorang berporsi lebih kuat dalam diri individu. Bila seorang individu memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka akan lebih mudah ditingkatkan motivasinya dengan diberi motivasi ekstrinsik, bagaikan menambah minyak di dalam api yang telah bekobar.
Seorang mahasiswa psikologi memiliki motivasi intrinsik berupa ambisinya sukses di masa depan dan mendapatkan gelar S.Psi. Ditambah motivasi ekstrinsik berupa dukungan dari orangtua dengan menyediakan fasilitas dan selalu perduli dengan bagaimana kondisi ia dikampus.sehingga dia pun tak ingin menyianyiakan pengorbanan dan perhatian orang tuanya, dia pun semakin semangat untuk belajar agar meraih nilai yang bagus dan mendapatkan IPK yang tinggi serta akhirnya menjadi mahasiswa terbaik diantara mahasiswa lainnya.

Dengan adanya fenomena aktual di atas, dapat  diajukan pertanyaan apakah motivasi seseorang itu paling dipengaruhi oleh pihak yang mana saja antara dosen, orang tua, pacar, peergroup atau diri sendiri. Berikut pembahasan proyek kelompok yang dilakukan di Fakultas Psikologi USU khususnya mahasiswa berprestasi angkatan 2010.

BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Pengertian Motivasi
Motivasi sering diartikan penggerak perilaku (energizer of behavior), didalamnya terkandung aspek pengaturan, pengarahan dan tujuan  (Irwanto dkk, 1996).
 Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah intensitas, arah, dan ketekunan/ dorongan terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu (Kartono,2008). Intensitas terkait dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang menguntungkan.  Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.

II.2. Motivasi dan Perilaku
Mengapa suatu perilaku terjadi?  Irwanto dkk (1996) menyatakan bahwa secara umum dapat digolongkan 3 determinan terjadinya perilaku, yaitu :
  1. Determinan yang berasal dari lingkungan ( lingkungan keluarga, desakan guru, dan lain-lain).
  2. Determinan dari dalam diri individu (harapan/cita-cita, emosi,  keinginan, dan lain-lain).
  3. Tujuan/insentif/nilai dari suatu objek. Faktor-faktor ini berasal dari dalam diri individu (kepuasan, tanggung jawab, dan lain-lain).
Ditinjau dari sifatnya, maka determinan-determinan tersebut dapat dikatakan :
  1. Sifat biologis (nafsu, kebutuhan-kebutuhan biologis)
  2. Berseifat mental (cita-cita, rasa tanggung jawab)
  3. Bersifat objek atau kondisi dalam lingkungan (uang, pangkat, rencana)
Walau motivasi menggerakkan perilaku, tetapi hubungan antara kedua konstruk ini cukup kompleks. Berikut ini beberapa ciri motivasi dalam perilaku :
1.      Penggerakan perilaku menggejala dalam bentuk tangapan-tanggapan yang bervariasi. Motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tertentu saja, tetapi merangsang berbagai kecendrungan berperilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda.
2.      Kekuatan dan efisiensi perilaku mempunyai hubungan yang bervariasi dengan kekuatan determinan.
3.      Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.
4.      Penguatan positif (positive reinforcement) menyebabkan suatu perilaku tertemtu cenderung untuk diulangi kembali.
5.      Kekuatan perilaku akan melemah bila akibat dari suatu perbuatan tidak baik.

II.3. Sejarah Teori Motivasi
Tahun 1950an merupakan periode perkembangan konsep-konsep motivasi. Teori-teori yang berkembang pada masa ini adalah hierarki teori kebutuhan, teori X dan Y, dan teori dua faktor. Teori-teori kuno dikenal karena merupakan dasar berkembangnya teori yang ada hingga saat ini yang digunakan oleh organisasi-organisasi di dunia dalam menjelaskan motivasi karyawan.
                                                                                             
Teori hierarki kebutuhan
Abraham Maslow, pencetus hierarki teori kebutuhan
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal.

Teori Motivasi Kontemporer

David McClelland, pencetus Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan McClelland berfokus pada tiga kebutuhan sebagai berikut:  
    • kebutuhan pencapaian: dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras untuk berhasil.
    • kebutuhan kekuatan: kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
    • kebutuhan hubungan: keinginan untuk menjalin suatu hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab. 

Teori Motif Berprestasi
Konsep motif berprestasi mula-mula dikemukakan oleh Henry Murray (1893) pada tahun  1938 dalam bukunya Explorations in personality. Beliau membagi kebutuhan-kebutuhan manusia ke dalam 17 kategori. Di antaranya adalah kebutuhan untuk berprestasi (n.achievment) dan kebutuhan berafiliasi/berteman (n.affilation). Konsep-konsep ini dipakai untuk menggambarkan kepribadian seseorang dalam rangka suatu diagnosa yang sifatnya klinis ( dalam Irwanto, 1996).
Pada tahun 1940-an John Atkinson dan David Mc Clelland mempelajari motivasi untuk keperluan yang lebih luas. Mereka yakin bahwa pengetahuan akan faktor-faktor yang mendasari manusia mempunyai dampak yang amat luas. Hasil-hasil penelitian mereka menhasilkan teori motivasi berprestasi yang dampaknya di bidang ekonomi cukup luas dan mendalam.
Mc Clelland membedakan tiga kebutuhan utama yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu: kebutuhan berprestasi atau n-ach (need of achievement), kebutuhan untuk berkuasa atau n-power dan kebutuhan untuk berafiliasi atau n-affiliasi.
Kebutuhan berprestasi atau n-ach tercermin dari perilaku individu yang selalu mengarah pada suatu standar keunggulan (standard of exellence). Orang seperti ini menyukai tugas-tugas yang menantang, tanggung jawab secara pribadi, dan terbuka untuk memperbaiki prestasi inovatif-kreatifnya.
N-ach, seperti juga kebutuhan-kebutuhan lain dalam teori Mc. Clelland, merupakan hasil dari suatu proses belajar. Dalam penelitiannya antara lain ia merumuskan hubungan antara n-ach dengan pola asuhan dalam budaya tertentu. Karena n-ach adalah hasil dari proses belajar, maka n-ach dapat ditingkatkan melalui latihan. Berbagai laporan menunjukkan bahwa paket latihan yang dirancang Mc Clelland dan kawan-kawan, yaitu: Achievement Motivation Training (AMT), memberikan hasil yang menggembirakan di berbagai negara berkembang seperti di India dan Indonesia.
Kedua kebutuhan lain, yaitu n-power dan n-aff kurang banyak diteliti dibanding n-ach. N-power terlihat dari perilaku individu yang selalu berusaha menanamkan pengaruh atas orang lain demi reputasinya sendiri. N-aff terlihat pada perilaku individu yang menyukai kumpul-kumpul bersama orang lain, membina hubungan baik, dan menjalin hubungan-hubungan baru.

Motivasi Takut Berprestasi
            Teori ini dikembangkan oleh John Atkinson, rekan kerja David Mc Clelland. Menurut Atkinson, terdapat dua tipe manusia yang perilakunya mengarah pada prestasi. Kelompok yang pertama adalah orang-orang yang lebih termotivasi untuk berprestasi daripada menghindari kegagalan. Kelompok kedua adalah mereka yang lebih termotivasi oleh ketakutan akan gagal. Orang-orang dalam kelompok pertama mengalami rasa gembira bila meraih sukses, sedangkan kelompok dua senang bisa menghindari kegagalan.
            Kelompok pertama dan kedua mempunyai performance (prestasi)  yang berbeda pada tugas-tugas yang mempunyai derajat kesulitan yang bervariasi. Atkinson mempostulasikan bahwa orang yang termotivasi untuk berhasil akan mempunyai  performance terbaik pada tugas-tugas dengan taraf kesulitan sedang. Orang-orang termotivasi menghindari kegagalan akan menunjukkan performance terbaik pada tugas-tugas dengan taraf kesulitan amat tinggi atau taraf kesulitan amat rendah.
            Teori Atkinson ini telah diuji dengan berbagai penelitian, tetapi hasilnya masih membingungkan. Meskipun demikian, teori ini merangsang para ahli untuk memperbaiki alat ukur yang ada sampai saat ini, khususnya untuk motif berprestasi.

Motivasi, Belajar, dan Minat
Dalam kaitannya dengan belajar dan minat biasanya para ahli membedakan dua macam motivasi berdasarkan sumber dorongan terhadap perilaku, yaitu: motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik mempunyai sumber dorongan dari dalam diri individu yang bersangkutan seperti : saya mau jadi dokter , saya tahu saya harus lebih banyak belajar karena kurang menguasai biologi, dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik mempunyai sumber dorongan dari luar seperti : takut dimarahi ayah,  ingin mendapatkan pujian,  dan lain-lain.
             Motivasi intrinsik erat kaitannya dengan n-achnya Mc Clelland dan aktualisasi dirinya Maslow. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik bersifat lebih tahan lama dan lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik untuk mendorong  belajar. Namun demikian, motivasi ekstrinsik juga bisa sangat efektif karena minat tidak selalu bersifat intrinsik. Guru yang baik, nilai yang adil dan objektif, kesempatan belajar yang luas, suasana kelas yang hangat dan dinamis, merupakan sumber-sumber motivasi ekstrinsik yang efektif untuk meningkatkan minat dan perilaku belajar ( dalam Irwanto dkk, 1996)

BAB III
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang kami gunakan adalah:
  1. Alat tulis
  2. Laptop
  3. Kuestioner
  4. Printer
  5. Kamera
    TIME TABLE







    Perencanaan
    Tanggal

    1
    Penentuan Topik
    08 April 2011

    2
    Judul
    15 April 2011

    3
    Pendahuluan
    16 April 2011

    4
    Landasan Teori
    16 April 2011

    5
    Menentukan subjek
    4 Mei 2011

    6
    Analisis Data
    6 Mei 2011

    7
    Membuat poster
    13 Mei 2011








    Nama   :
    Nim     :
    Kuesioner:
    1.             Menurut saya, bila bersama peer group (teman seabaya) saya semakin semangat dalam belajar  (B/S)
    2.             Menurut saya, orang tua saya sangat membantu proses belajar dengan menyediakan fasilitas yang memadai (B/S)
    3.             Menurut saya, dosen PA sangat peduli terhadap prestasi belajar saya (B/S)
    4.             Menurut saya, teman spesial sangat mempengaruhi mood saya dalam belajar (B/S)
    5.             Menurut saya, rumah merupakan tempat yang nyaman untuk saya belajar (B/S)
    6.             Menurut saya, saya lebih semangat dalam belajar ketika mengingat ambisi saya (B/S)
    7.             Menurut saya, ketika teman spesial saya menghubungi saya saat belajar, konsentrasi saya menjadi buyar (B/S)
    8.             Menurut saya, saya tidak merasa nyaman ketika bercerita kepada dosen PA mengenai pelajaran (B/S)
    9.             Saya tidak memiliki niat untuk menjadi yang terbaik di dalam kelas. (B/S)
    10.         Orang tua saya memberikan reward kepada saya saat saya mendapat prestasi baik. (B/S)
    11.         Saat diajak belajar bersama oleh peer group saya langsung menyiyakan (B/S)
    12.         Untuk mencapai goal dalam belajar, saya senang menyemangati diri sendiri dengan membuat tabel perencanaan (B/S)
    13.         Saya senang belajar bersama teman spesial(pacar) saya (B/S)
    14.         Saya senang ketika dosen memberikan nasehat untuk meningkatkan prestasi belajar kepada saya (B/S)
    15.         Saya lebih konsentrasi belajar sendiri daripada bersama peer group di kampus (B/S)
    Terima Kasih atas kerjasamanya :)



    BAB IV
    ANALISIS DATA

    Berdasarkan data kuisioner yang kami lakukan, diperoleh data:
    Kategori
    Steven
    Vera
    Reza
    Weillon
    Yohanti
    Annisa
    Peer group
    X
    X
    X
    ü   
    X
    ü   
    Orang tua
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    Dosen
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    Pacar
    ü   
    X
    X
    ü   
    ü   
    X
    Diri sendiri
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    ü   
    X

    Dimana bila dikonvert ke dalam persentase menjadi:
    Peer group        = 8.37%
    Orang tua         = 27%
    Dosen              = 27%
    Pacar               =10%
    Diri sendiri      =18.37%
    Lain-lain          = 9%


    Diagram


    Kesimpulan
    Dengan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi seseorang dalam berprestasi ada bermacam-macam, ada yang berasal dari orang tua, dosen, pacar, teman, diri sendiri, dll. Namun dari penelitian di atas dosen dan orang tua merupakan motivator yang paling berperan penting dalam mencapai prestasi. Oleh karenanya, diharapkan kepada dosen dan orang tua untuk bisa lebih peduli terhadap pembelajaran siswa sehingga mereka juga bisa lebih termotivasi untuk mencapai prestasi.


    Testimoni Anngota Kelompok

    Nanda Lukita : Menurut saya dengan adanya tugas ini saya senang karena bisa dilihat bagaimana kerja team agar terselesainya tugas kelompok ini, sedikit rumit memang kalo difikir-difikir tapi asik kok kalau dikerjainnya pelan-pelan ga terasa, apalagi bersama peer group, walaupun kadang waktu yang membatasi kami dengan adanya urusan masing-masing.

    Annisa Vanya P : menurut saya dengan adanya tugas proyek mini ini saya merasa lebih mengetahui banyak mengenai motivasi berprestasi. Selama pengerjaannya saya dan kelompok memang memiliki hambatan namun hal tersebut masih bisa diatasi. Hambatan yang biasa kami hadapi adalah masalah waktu. Dengan adanya tugas kelompok membuat kami lebih kompak dan menambah pengalaman kami dalam hal meneliti.. Kegiatan pengerjaan proyek mini ini menyenangkan 

    Caroline Utama : menurut saya tugas mini proyek ini dapat menambah wawasan saya terhadap apa itu motivasi.dan saya merasa senang mengerjakannya dengan teman kelompok saya walaupun ada beberapa hambatan seperti waktu yg menjadi halangan namun hal itu dapat diatasi.

    Testimoni Kelompok :
    Secara keseluruhan pengerjaan proyek ini berjalan sesuai rencana, hambatan yang terdapat selama proses pengerjaan bisa dilalui kelompok dengan baik dan kelompok cukup puas dengan hasil dari penelitian yang dilakukan, pengerjaan proyek ini sangat menyenangkan bagi kelompok :)



    DAFTAR PUSTAKA

    1.        Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group
    2.        Hilgard. An Introduction to Psychology. 9th edition.2000.
    3.        Maslow. A. Motivation and Personality. New York: Harper & Row, 1954, hal. 57-67. (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi)
    4.        McClelland, D.C. The Achieving Society, New York: Van Nostrand Reinhold, 1961, hal. 63-73 (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi)
    5.        Irwanto. 1996. Psikologi Umum Panduan Mahasiswa, edisi keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Senin, 02 Mei 2011

Andragogi

Pendidkan orang dewasa dapat bersumber dari filsafat-filsafat umum yang berkaitan dengan pendidikan. Semua sumber ide tersebut bisa mendapat respon dan pandangan yang berbeda, tergantung dari individu yang menilai.
Ada empat filsafat umum berdasarkan kerangka pertanyaan, apa itu realita, apa itu pengetahuan, dan apa itu nilai, yaitu:
- IDEALISME
- REALISME
- EXPERIMENTALISME
- EKSISTENSIALISME
Singkat cerita, keempat filsafat ini tentu memberikan ide yang berbeda, dimana Idealisme dan Realisme tergolong filsafat tradisionalisme (seseorang punya hak untuk hasil akhir namun tidak berhak menentukan nilai akhir) dan Eksperimentalisme serta Eksistensialisme tergolong filsafat modern (seseorang punya hak mentukan hasil akhir dan makna).
Idealisme merupakan filsafat tertua yang sangat menjunjung tinggi Tuhan serta hal-hal yang berbau spiritual. Tujuan dan cita-cita hidup kaum idealis berdasar dari semangat manusia dan tidak mempedulikan kedaan fisik maupun materi. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kaum Realis, yang sangat mengandalkan dunia fisik dan materi sebagai hal yang nyata. Kaum Realisme sangat memperhatikan keberadaan manusia dan juga kebendaan. Berbeda hal lagi dengan kaum Ekperimentalisme, yang menjadikan pengalaman dan pemecahan masalah serta proses sebagai pedoman hidup, yang bertujuan untuk menguji nilai-nilai hidup. Walaupun ketiga filsafat ini berbeda, namun ketiganya memiliki hubungan, dimana Idealisme dan Realisme dapat saling menutupi dan melengkapi, meskipun sebenarnya keduanya sangat bertentangan. Kedua filsafat ini kemudian dapat memunculkan filsafat ekperimentalisme, yang juga berbeda dengan keduanya, namun merupakan perpaduan dari idelaisme dan realisme, karena kaum ekperimentalisme merupakan kaum yang dinamis, dan selalu mencari mana yang paling benar.
Yang terakhir adalah kaum Eksistensialisme, yang sifatnya sangat individualis, sehingga tidak begitu mempedulikan apa yang dikatakan oleh orang lain karena kaum ini bebas bertindak sesuai dengan apa yang dirasanya benar. Namun ini adalah sebuah tanggung jawab, yang juga dapat mempengaruhi orang lain. Inilah yang mungkin meyebabkan Eksistensialisme terpisah dari filsafat lainnya, karena paham ini sangat berbeda. Walaupun demikian perbedaan-perbedaan inilah yang pada akhirnya menghiasi kehidupan di dunia ini dengan berbagai macam variasi ide, pendapat, pandangan dan juga paham.
Hubungan keempat filsafat ini dapat dikaitkan dengan salah satu performa yang saya ikuti di mata kuliah Andragogi. Dalam hal ini, yang menurut saya paling sesuai dengan gambar ini adalah metode Diskusi. Mengapa? Karena sama halnya dengan konsep keempat filsafat tadi, metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran bagi pendidikan orang dewasa yang sangat variatif dalam hal pelaksanaannya. Terdapat bermacam-macam metode diskusi yang dapat digunakan. Diskusi dapat bersifat formal, maupun informal, dalam bentuk kelompok seperti buzz group, atau huddle, dapat berupa debat, dapat juga brainstorming dan masih banyak yang lainnya. Metode diskusi sendiri juga secara tidak langsung dapat menerapkan berbagai macam paham filsafat tadi. Misalnya saja kita dapat melihat paham apa yang dianut oleh seseorang berdasarkan cara seseorang memimpin sebuah diskusi, ataupun bagaimana cara seseorang berargumen atau memberi tanggapan maupun pendapat di dalam sebuah forum diskusi. Selain itu paham eksistensialis juga dapat kita lihat ketika ada sebuah pemecahan masalah di dalam diskusi, ketika ada hal yang diperdebatkan, dan ketika anggota diskusi mencari solusi ataupun jawaban yang paling tepat dari sebuah masalah.