Selasa, 26 April 2011

PAEDAGOGI

Paedagogi berasal dari bahasa yunani yang berarti membimbing anak.paedagogi juga membahas tentang  pembelajaran dan strategi pembelajarannya, khususnya dalam pendidikan 'Formal'
TujuanInstruksional dari materi ini adalah:
Mahasiswa diharapkan memahami pengertian pendidikan,
alat pendidikan dan tujuan pendidikan. Mahasiswa diharapkan dapat
menjelaskan peran teknologi pendidikan dalam proses belajar serta
membuat rancangan rencana belajar berdasarkan panduan buku sebelum mengikuti kelas pembelajaran
Prinsip belajar yang dimiliki seseorang sebagai upaya pembelajaran. Prinsip itu antara lain:
  1. Perhatian dan Motivasi
Sebagai seorang mahasiswa saya dituntut untuk memberikan perhatian ketika berkuliah dan termotivasi untuk belajar. Inilah yang saya alami ketika saya menyadari bahwa saya tidak mampu menggunakan blog, sehingga saya memeprhatikan cara menggunakannya dan termotivasi untuk terus belajar dan mencoba sampai bisa.
  1. Keaktifan
Selain memeperhatikan saya harus aktif juga dalam belajar dan mencari sumber-sumber pembelajaran yang berguna. Walaupun sebenarnya bisa juga saya terapkan dengan posting menggunakan blog, saya lebih memilih aktif dengan menggunakan media lain, seperti misalnya browsing di google, yahoo, dll.
  1. Keterlibatan Langsung / Berpengalaman
Ini jelas terjadi ketika saya pada awalnya memang tahu tentang blog, namun tidak memiliki blog, sehingga proses pembelajaran yang bisa saya dapatkan sangatlah minim. Namun ketika saya telah terlibat langsung dan berpengalaman dalam penggunaannya, maka proses belajarpun terjadi. Saya juga kemudian tahu sendiri bahwa saya lebih memilih untuk tidak mengikutsertakan berbagai posting yang tidak berhubungan dengan kuliah saya.
  1. Pengulangan
Proses pengulangan dapat menajadi berguna dalam proses belajar. Dengan mengulang kita sekaligus melakukan proses latihan berulang yang dapat meningkatkan daya ingat dan performa kita. Hal ini terjadi ketika saya kerap mendapat tugas sehingga saya semakin sering menggunakan blog dan menjadi semakin terbiasa begitu pula dalam pengerjaan tugas.
  1. Tantangan
Sebagai mahasiswa, tentu ada tujuan yang hendak dicapai. Dalam mencapai tujuan tersebut pasti ada saja halangan yang mengganggu, namun mau atau tidak halangan tersebut harus dihadapi. Inilah tantangan tersebut. Semakin besar tantangan tersebut, maka semakin besar motivasi kita menaklukannya. Dalam hal ini, saya akan sering menghadapi berbagai pertanyaan atau kebingungan-kebingungan , salah satunya masalah posting di blog. Namun inilah tantangan yang harus saya hadapi.
  1. Balikan dan Penguatan
Sesuai dengan “law of effect”, seseorang akan lebih senang jika tahu bahwa ia mendapat hasil yang baik. Itu berarti ia akan mendapat pengaruh yang baik untuk usaha kedepannya. Ketika saya merasa blog saya lebih baik tanpa posting yang lain-lain, maka saya akan belajar dengan lebih baik dan positif.
  1. Perbedaan individual
Pada dasarnya, manusia itu adalah unik dan berbeda, sehingga tidak ada satu orangpun yang memiliki sifat-sifat yang sama persis. Hal ini pastinya mempengaruhi proses dan hasil belajar kita. Jika ada teman saya yang memilih untuk membuat posting diluar kewajiban mata kuliah pada blognya, hal ini membuktikan bahwa perbedaan sifat dan pendapat itu memang ada, bahwa saya berbeda dengan orang lain. Mungkin teman saya memiliki alasan tersendiri untuk melakukan demikian, namun saya juga memiliki alasan untuk tidak melakukannya.

Senin, 25 April 2011

Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma yang berlaku.
Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku
Bimbingan dan konseling itu bukan kegiatan pembelajaran dalam konteks adegan mengajar layaknya seperti yang dilakukan seorang guru sebagai pembelajaran bidang studi ,melainkan seperti layanan ahli dalam konteks ‘memandirikan peserta didiknya’.Dan ada 7 macam Fungsi dari bimbingan dan konseling itu sendiri yakni;
  1. Fungsi Pemahaman
  2. Fungsi Preventif
  3. Fungsi Pengembangan
  4. Fungsi Perbaikan
  5. Fungsi Penyaluran
  6. Fungsi Penyesuaian
  7. Fungsi Adaptasi
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam pengenalan dirinya,pengenalan lingkungan dan pengambilan dalam keputusannya.Dan memberikan arahan terhadap perkembangan secara menyeluruh bukan hanya yang bermasalah saja(tidak terbatas)

Selasa, 19 April 2011

Psikologi pendidikan adalah cabang dari ilmu psikologi yang mengkhususkan diri pada cara memahami pengajaran dan pembelajaran dalam lingkungan pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan sumbangsih dari ilmu pengetahuan psikologi terhadap dunia pendidikan dalam kegiatan pendidikan pembelajaran, pengembangan kurikulum, proses belajar mengajar, sistem evaluasi, dan layanan konseling merupakan serta beberapa kegiatan utama dalam pendidikan terhadap peserta didik, pendidik, orang tua, masyarakat dan pemerintah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara sempurna dan tepat guna. Baik sains maupun seni dan pengalaman keahlian mengajar berperan penting bagi keberhasilan seorang guru.
            Psikologi sekolah adalah pengajaran dan pembelajaran yang berusaha menciptakan situasi yang mendukun bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademk,sosialisasi,dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set anak.
      Perbedaan psikologi sekolah dengan psikologi pendidikan dan beda peranan tugas dari keduanya adalah;kalau psikologi pendidikan itu psikologi yang bergerak di bidang pendidikan.mulai dari prasekolah sampe perguruan tinggi.
kalau psikologi sekolah itu mempelajari psikologi alam ruang lingkup sekolah,mulai dari preschool sampe SLTA.Psikologi sekolah itu lebih fokus pada bagaimana seharusnya sekolah itu secara idealnya.misalnya bagaimana atmosfer sekolah,bagaimana kurikulumnya,pengaturan rosternya,manajemen sekolah dan manajemen  kelas.jadi psikologi sekolah itu seperti anaknya psikologi pedidikan.Psikologi pendidikan itu juga bertugas sangat penting ketika kita mengajari atau membimbing seseorang, karena walau bagaimanapun kita harus mengetahui kondisi psikis dari orang yang kita ajar/bimbing.

Senin, 18 April 2011

psikologi sekolah

psikologi sekolah berusaha mnciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik,sosilisasi dan emosi yang bertujuan untuk membentuk mind set seorang anak.dan itu penting diberikan pada anak agar mendapat bantua sesuai dengan kebutuhan agar anak tumbuh menjadi seseorang yg mandiri.manusia sebagai makhluk yg sosialisasi dan disitulah ia beradaptasi terhadap lingkungan.yg merupakan suatu ikatan yg esensial untuk eksistensi psikisnya.maka dari itu setiap perkembangan manusia bukan dimulai dari perkembangan "AKU"melainkan dari "KITA",karena diasuh dan bergantung pada orang lain dan karena orang lain juga seseorang dapat berkembang.penempatan diri seseorang terhadap lingkungannya itu dilihat dari pengalaman yang diperolehnya dalam kehidupan keluarga.dan disini jga kedua orang tua berperan penting dalam memberi perhatian dan pengertian terhadap kebutuhan dan pertumbuhan sicanaknyan dan diperlukan juga sensitivitas dari orang tua untuk pertubahan fisik yg terjadi trhadap anaknya.
tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda,dan sedikitnya dalam psikologi ada 5 cara -pendekatan yaitu:
-pendekatan neurobiological
-pendekatan prilaku
-pendekatan kognitif
-pendekatan psikonalisa
pendekatan fenomenologi

Senin, 11 April 2011

Anak Berkebutuhan Khusus


Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang memiliki perbedaan dalam kemampuan (difabel) seperti yang tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1). Namun sayangnya sistem pendidikan di Indonesia belum mengakomodasi keberagaman, sehingga menyebabkan munculnya segmentasi lembaga pendidikan yang berdasar pada perbedaan agama, etnis, dan bahkan perbedaan kemampuan baik fisik maupun mental yang dimiliki oleh siswa. Jelas segmentasi lembaga pendidikan ini telah menghambat para siswa untuk dapat belajar menghormati realitas keberagaman dalam masyarakat.
Selama ini anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok eksklusifisme bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus. Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat proses saling mengenal antara anak – anak difabel dengan anak – anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral dari kehidupan masyarakat di sekitarnya.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan kelompok difabel dalam menyuarakan hak – haknya, maka kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan Internasional yang mendorong terwujudnya sistem pendidikan inklusi adalah Convention on the Rights of Person with Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007. Pada pasal 24 dalam Konvensi ini disebutkan bahwa setiap negara berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah untuk mendorong terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam kehidupan masyarakat. Namun dalam prakteknya sistem pendidikan inklusi di Indonesia masih menyisakan persoalan tarik ulur antara pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para guru.

Pendidikan inklusi adalah termasuk hal yang baru di Indonesia umumnya. Ada beberapa pengertian mengenai pendidikan inklusi, diantaranya adalah pendidikan inklusi merupakan sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap siswa untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusi adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Salah satu kelompok yang paling tereksklusi dalam memperoleh pendidikan adalah siswa penyandang cacat. Tapi ini bukanlah kelompok yang homogen. Sekolah dan layanan pendidikan lainnya harus fleksibel dan akomodatif untuk memenuhi keberagaman kebutuhan siswa. Mereka juga diharapkan dapat mencari anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan.
A. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Pengelompokan anak berkebutuhan khusus dan jenis pelayanannya, sesuai dengan Program Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Tahun 2006 dan Pembinaan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Tuna Netra
2. Tuna Rungu
3. Tuna Grahita: (a.l. Down Syndrome)
4. Tuna Grahita Ringan (IQ = 50-70)
5. Tuna Grahita Sedang (IQ = 25-50)
6. Tuna Grahita Berat (IQ 125 ) J. Talented : Potensi bakat istimewa (Multiple Intelligences : Language, Logico mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Intrapersonal, Natural, Spiritual).
13. Kesulitan Belajar (a.l. Hyperaktif, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung, Dysphasia/Bicara, Dyspraxia/ Motorik)
14. Lambat Belajar ( IQ = 70 –90 )
15. Autis
16. Korban Penyalahgunaan Narkoba
17. Indigo

Selasa, 05 April 2011

FENOMENA PENDIDIKAN DAN TEORI


Kita tumbuh dari kecil dalam lingkungan keluarga. Orang tua mengajar bagaimana kita harus bertindak. Orang tua juga yang membesarkan kita dengan pendidikan dan etika. Jika kita melihat seorang anak kecil sering mengucapkan kata-kata kasar, apakah kita sadar bahwa anak tersebut tumbuh di lingkungan keluarga, sehingga terkadang kita malah menyalahkan anak tersebut, padahal yang seharusnya disalahkan adalah pendidikan dalam keluarganya?

Sering kali kita menyalahkan anak kecil yang berbuat salah, padahal bukankah anak kecil belajar dan mencontoh tindakan atau perilaku dari orang dewasa?
Pendidikan keluarga sangat penting namun seringkali dianggap tidak penting. Etika yang benar harus diajarkan kepada anak semenjak kecil, sehingga ketika seorang anak menjadi dewasa, ia akan berperilaku baik. Tentu saja perilaku orang tua juga harus baik dan benar sebagai contoh untuk anaknya. Jikalau semenjak kecil seorang anak diajarkan dengan baik dan benar maka keluarga tersebut akan harmonis. Dan seandainya setiap keluarga mengajarkan nilai-nilai etika yang benar maka semua manusia akan hidup berdampingan dan damai.

Nilai-nilai etika dan pendidikan yang benar dalam ajaran Buddha adalah Pancasila Buddhis, kasih sayang dan kesadaran (Pengertian benar terhadap segala sesuatu) serta tidak lupa selalu berintropeksi diri.
jadi intinya keluarga merupakan temapat kita pertama belajar, lalu diterapkan disekolah sebagian besar yang kita pelajari dirumah namun apa yang uda diajarkan dirumah bisa aja jadi berubah karena adanya lingkungan

Pendidikan keluarga itu juga sangat mmpengaruhi bagaimana pribadi seorang anak.maka kalau seorang anak itu bandel atau baiknya itu bukan salah anaknya tapi salah orang dewasa yg ada dalam keluarga tersebut yg gmna cara didiknya tu yg ngbntuk karakter anak itu

Contoh kecilnya kita lihat dari anak broken home sama anak yg kalo broken home biasnya krn dia kurang diperhatikan, atau stress krn situasi yang dihadapi perilaku yang ditunjukkan terkadang berbeda dengan anak yang kelurganya harmonis. Jadi nilai yang dia dapat disekolah biasnaya juga lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang dapat perhatian dari org tuanya. Dan broken home atau stres dalam menghadapi situasi yg mungkin membebani fikirannya d rumah itu juga menyebabkan seorang anak mudah terpengaruh oleh teman temannya yg tdak baik dan terjerumus dalam pergaulan bebas, sedangkan keluarga yg harmonis dia bisa hidup nyantai aman tentram tanpa harus terbebani fikiran. Jadi baik buruknya suatu anak itu jangan salahkan anaknya tapi perhatikan cara orang tua mendidiknya, apa yang kita tunjukkan di luar, tidak lepas dari pengajaran org tua maupun lingkungan dirumah

Jd msalnya anak mngalamin sswtu apa gtu dalam lingkungan keluarganya..mslnya mslah pada orgtua atau apa itu bsa mmbentuk pola fikir nya.bisa saja krna hal itu anak bsa melakukan hal yg sama atau hal yg lbh baik dari yg d alaminnya ini jga menyinggung ttg teori ke 3 ttg yg diberikan org tua untk meningkatkan prlaku yg diinginkan itu menjadi positif atau negatif
Contohnya mslnya anak yg kurang perhatian dri org tuanya mgkn org tua nya jarang menanyakan ttg keadaan nilai maupun pelajarannya d sekolah dan dukungan agar dia belajar d rumah pun tdak ada
Sdgkan anak yg dapat perhatian org tua nya anak itu sllu diawasi ditemenin d tanyak ttg keadaan bagaimana pelajaran atau ia d skolah Nah dri situ dapat motivasi instrinsik dari anak oleh org tuanya 

Motivasi luarnya anak yg sllu dsmngatin buat ngikutin pendidikan nonformal dristu aja anak sudah bsa berprestasi.ditambah  ttg reward yg diberikan oleh org tua itu jga meningkatkan keinginan dan kemauan anak dalam mngejar sswtu agar dia mndptkan reward yg iya inginkan
Teori maslow mengenai need theory yaitu fisiologis, safety, love and belongings, self esteem, self actualization dapat dihubungkan dengan apa yang didaptkan anak di dalam keluarga. Teori Mc clelland need of achievment, need of affiliation, need of power.need of achievment yaitu keinginan anak untukberprestasi di sekolah dipengaruhi dari motivasi yang diberikan baik dari dlaam maupun luar. Skinner reward punishment reinforcement. Reinforce yang diberikan orangtua untuk meningktakan perilaku yang diinginkan baik reinforce positif maupun negatif. Reward untuk meningkatkan perilaku agar menjadi lebihsering dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

http://dhammacitta.org/artikel/pendidikan-dalam-keluarga/
Santrock, J.W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group