Selasa, 15 April 2014

LAPORAN OBSERVASI

Kelompok                   :  4
Ketua Kelompok         : Nanda Lukita Audi (101301105)
Anggota Kelompok     : Ilmi Khoir Purba
                                                  Felix Christian Sianturi (131301111)
                                                  Evelyn (131301135)
                                                  Yunike Mariana (131301137)
      A.    EVALUASI
Observasi dimulai dengan mencari sekolah mana yang akan menjadi objek observasi. Awalnya kelompok kami ingin melakukan observasi di SD Taman Siswa yang berada di Setia Budi, namun pihak sekolah tidak mengizinkan untuk melakukan penelitian. Akhirnya kami mencari sekolah lain yang tidak jauh dari SD tersebut. Sekolah yang menjadi objek observasi kami yaitu Taman Kanak-kanak Khansa Medan.
Ketika sampai di TK tersebut kami disambut dengan hangat oleh Kepala Sekolah dan Guru-guru yang berada di sana. Kami menyampaikan tujuan kami untuk melakukan observasi, dan Ibu Kepala Sekolah menyetujuinya. Dengan syarat membawa surat izin dari fakultas.
Pada tanggal 4 April 2014,  kami melaksanakan observasi. Setiap anggota kelompok telah memiliki tugas masing-masing. Kami melaksanakan observasi sesuai dengan tugas yang diberikan, dan saling membantu jika sesama anggota ada yang kesulitan.
Kami melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan para guru untuk mengetahui bagaimana sikap anak-anak sehari-hari, materi pelajaran yang diberikan, jumlah uang sekolah, dan lama waktu belajar.
Observasi dilakukan selama 40 menit, dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 08.40 WIB. Observasi yang dilakukan berjalan dengan lancar dan kami mendapatkan informasi tentang bagaimana proses pembelajaran, sikap anak serta pengaruh lingkungan sekolah terhadap perkembangan kognitif anak.
      B.     PROFIL SEKOLAH
Nama Sekolah                   :   YAYASAN PENDIDIKAN KHANSA MEDAN
Alamat Sekolah                 :    Jl. Setia Budi Pasar I No 60 Tanjung Sari Kec. Medan Selayang
Telepon                             :    061-8214315
Uang Sekolah                    :    TK A dan TK B = Rp.150.000
                                                Playgroup = Rp.180.000
Jumlah Kelas                     :    6
                                               TK A = 2 kelas
                                                TK B = 3 kelas
                                                Playgroup = 1 kelas
  
      C.    LAPORAN OBSERVASI
~ Tanggal Observasi   :    4 April 2014
Waktu                               :    08.00-08.40 WIB
Pembagian Tugas              :    Wawancara            : Nanda Lukita Audi (101301105)
                                                                                Yunike Mariana (131301137)
                                               Notulen                  : Ilmi Khoir Purba (131301003)
                                               Dokumentasi           : Felix christian sianturi (131301111)
                                                                                  Evelyn (131301135)
Narasumber                       :    Zunaidar nasution S.Pd (Kepala Sekolah)
                                               Seluruh Guru TK Khansa
Suasana Observasi            :    Suasana observasi sangat menyenangkan. Observasi dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Para guru pengajar sangat ramah dan bersahabat. Mereka banyak memberitahu kami informasi tentang pembelajaran yang dilakukan.
            ~Profil Kelas : Playgroup (1 kelas)
                     
              TK A             (2 kelas)
                       
            TK B             (3 kelas)
Perlengkapan di kelas :
- Whiteboard               - Lemari
- Jam Dinding             - Kipas Angin
- Mainan                      - Tong Sampah
- Meja (4-5 buah)        - Hiasan Dinding
     D.   POIN-POIN LAPORAN HASIL OBSERVASI
1.      Sebelum Masuk Kelas: Murid  berbaris dan senam yang dipimpin oleh beberapa murid yang sudah dilatih dan para guru mengikuti dari belakang murid-murid yang lain.
Selesai senam, guru memilih murid yang melskuksn senam dengan baik, serta diam dan tertib kuntuk pertama masuk kelas.
Murid-murid sudah diajari untuk mandiri dengan cara meletakkan sepatu sendiri di rak sepatu yang sudah disiapkan.
2.      Di kelas: guru berbicara dengan murid-murid secara lugas dan murid mengerti apa yang dikatakan. Murid juga terlihat menghargai guru yang berbicara tetapi ada beberapa murid yang masih kurang konsentrasi dan tertarik melihat sesuatu yang baru dan berdasarkan body language murid-murid tersebut, mereka terlihat semangat dalam mengikuti setiap kegiatan sekolah.
Materi pelajaran setiap hari mencakup:
-          Pembukaan            : Tanya Jawab            
-          Inti                                    : Seni                        Sesuai tema setiap harinya
-          Penutup                 : Menyanyi
3.     Setting ruangan kelas: tata letak barang-barang dan alat-alat belajar tersusun  rapi sehingga kelas terlihat nyaman. Perabotan dan barang-barang di dalam kelas sangat menarik karena berwarna-warni dan terdapat mainan-mainan yang dapat meningkatkan minat murid-murid di setiap kelas.
4.      Setting sekolah secara keseluruhan: Jumlah keseluruhan kelas ada enam yang terdiri dari TK A dua kelas, TK B tiga kelas, dan playgroup satu kelas. Terdapat halaman yang cukup luas untuk murid-murid berbaris atau senam dan terdapat fasilitas berbagai jenis mainan seperti jungkat-jangkit, ayunan, perosotan dan yang lainnya. Murid-murid dapat bermain dalam waktu senggang.
       E.     ANALISIS TEORI BELAJAR
Setelah melakukan observasi di TK Khansa ada banyak informasi yang kami peroleh seperti bagaimana cara para guru mengajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan apa saja yang dipelajari oleh anak-anak setiap hari.
Menurut kami para guru yang mengajar di sana memiliki cara mengajar yang efektif. Mereka memiliki Pengetahuan dan Keahlian Profesional. Ini dapat terlihat karena:
·         Mereka menguasai materi pelajaran yang disampaikan
·                           Mereka memilki strategi pengajaran yang baik dan mampu menarik perhatian anak-anak untuk melihat dan melakukan himbauan mereka. Contohnya, ketika sampai di TK para anak dengan  gembira bermain degan teman-teman mereka, namun ketika pukul 08.00 WIBmereka disuruh untuk berbaris dan mengikuti senam pagi. Walaupun mereka sedang asyik bermain, para guru memiliki strategi untuk mengajak mereka senam dan meninggalkan permainannya.
·                    Para guru memiliki keahlian motivasional. Contohnya, ketika beberapa anak ada yang merasa bosan dan tidak melakukan gerakan senam, para guru dengan semangat mengajak mereka untuk senam kembali.
·             Para guru juga memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Contoh, ketika ada anak yang menangis mereka mampu membujuk anak. Dari semangat yang terlihat ketika mengajar menunjukkan mereka memiliki komitmen yang tinggi untuk mengajar.
Ada beberapa rangkaian kegitan yang kami observasi di antaranya yaitu:
Senam pagi (Pembelajaran Observasional)
Pembelajaran Observasional juga disebut sebagai imitai atau modelling, adalah pembelajarn yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Ketika melakukan senam, ada beberapa orang anak yang telah mahir berada di depan anak-anak lain yang sedang berbaris. Merekalah yang menjadi model. Anak-anak lain mengikuti gerakan mereka.
Ada beberapa proses yang terjadi ketika modelling, yaitu:
1.      Atensi
Atensi merupakan proses memberikan perhatian pada perilaku yang dilakukan model.
Dalam observasi kami, terlihat bagaimana anak-anak yang masih kecil khusunya yang berada pada tingkat playgroup memperhatikan gerakan yang dilakukan oleh model yang berada di depan.
2.      Retensi
            Retensi merupakan proses mengingat apa yang telah diperhatikan melalui tahap atensi. Di sinilah ingatan atau memory berperan.
Setelah anak-anak memerhatikan gerakan, mereka  terlihat seperti berpikir dari raut wajah mereka. Ini menandakan bahwa mereka mulai mengingat gerakan yang telah mereka lihat dan memasukkannya ke dalam memory.
3.      Produksi
Produksi merupakan proses si mana terjadi peniruan atau imitasi. Di tahap ini mereka menggunakan menggunakan memory mereka. Gerakan yang telah mereka ingat, mereka gunakan untuk  malakukan gerakan yang sama.
Anak-anak terlihat mulai melakukan gerakan senam seperti yang dilakukan oleh model (teman mereka). Namun gerakan yang mereka lakukan tidak sebaik gerakan yang model lakukan, ini sebabkan karena keterbatasan dalam kemampuan kinerja motor mereka. Gerakan akan semakin baik jika anak terus melatih gerakan senam.
4.      Motivasi
Motivasi mmerupakan penguatan atau dorongan yang ada untuk melakukan perilaku. Sering kali anak telah memerhatikan, mengingat dan meniru gerakan model namun Ia tidak termotivasi, ini akan menyebabkan mereka kurang bersemangat ntuk meniru model.
Ini tampak ketika guru memberikan senyuman kepada anak yang melakukan gerakan senam dengan baik. Senyuman inilah yang disebut sebagai penguat (reward). Setelah selesai senam kami juga melihat para guru akan memilih anak-anak yang melakukan gerakan senam dengan baik untuk masuk ke kelas terlebih dahulu. Dan anak-anak yang kurang bagus dalam melakukan senam dan anak-anak yang ribut akan masuk lebih lama. Inilah hukuman (punishment) yang mereka terima. Semakin lama mereka tidak bisa tenang maka semakin lama pula mereka masuk kelas. Hukuman ini membuat para murid lebih tertib dan semangat untuk melakukan senam dengan baik di keesokan harinya.
Di TK ini anak-anak juga mulai diajarkan untuk mandiri, sebelum mereka memasuki ruang kelas, mereka membuka sepatu mereka sendiri dan meletakkannnya di rak yang telah tersedia.
Modelling juga  dilakukan ketika anak-anak menari, mereka menari di sebuah ruangan, ada seorang guru yang memandu mereka. Dengan lincah anak-anak melakukan tarian. Tarian dilakukan oleh sesama anak-anak perempuan, dan anak laki-laki bersama anak laki-laki.
Anak-anak perempuan lebih dahulu menari sedangkan anak-anak laki-laki berada di dalam kelas. Sambil menunggu, mereka disuruh untuk mewarnai gambar. Di sini mereka mengeluarkan kreativitas mereka untuk mencocokkan wana dengan gambar yang mereka pilih.
Keteika anak-anak perempuan selesai menari, anak-anak laki-laki yang mendapat giliran, dan anak-anak perempuan kembli ke dalam kelas untuk mewarnai gambar.
            Praktek Sholat Duha (Teori Vygotsky: Scaffolding)
Scaffolding merupakan teori Vygotsky berupa teknik untuk mengubah level bantuan belajar. Bantuan biasanya dilakukan guru atau teman. Guru yang sebelumnya memberi instruksi langsung lama-kelamaan tidak memberikan instruksi lagi, karena para murid telah mengerti membuat kreativitas sendiri, saat kemampuan meningkat maka semakin sedikit bimbingan yang diberikan.
Dalam observasi, kami melihat ketika melakukan sholat duha mereka berbaris di dalam satu ruangan baik anak TK A, TK B, maupun playgroup.
Ada seorang guru yang mamandu di depan kelas, dan guru-guru lainnya berbaur dengan murid untuk mengawasi mereka ketika melakukan sholat. Ada yang berada di belakang, di samping, dan di tengah-tengah anak-anak.
Ketika sholat dimulai guru yang memandu di depan memberi instruksi langsung, dengan membaca niat sholat. Dengan spontan semua anak ikut membaca niat sholat. Dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah, surat pendek, dan yang lainnya.
Ketika melakukan sholat ada beberapa anak yang bermain dengan temannya, dengan lembut guru tersebut menyuruh anak itu melakukan sholat kembali. Namun ada juga anak yang tidak mendengar teguran lembut dari guru, sampai guru tersebut membantu anak untuk melakukan gerakan sholat.
Selesai sholat, guru kembali memberi instruksi dengan mengucapkan dzikir, anak-anak langsung mengikuti berdzikir juga.
Ketika semua murid telah mengucapkan dzikir, lama kelamaan guru berhenti berdzikir dan membiarkan mereka untuk melakukan dzikir sendiri. Namun jika mereka mulai terlihat tidak bersemangat guru kembali ikut berdzikir dan anak-anak semangat kembali.
Konteks Sosial dan Perkembangan Sosioemosional (Teori Rentang Hidup Erikson)
            Menurut Erikson ada delapan tahap perkembangan manusia, anak-anak TK Khansa berada dalam rentang umur 3-5 tahun. Berdasarkan teori Eriksom mereka berada dalam tahap inisiatif vs. rasa bersalah (kanak-kanak awal).
          Dalam tahap ini anak-anak menjadi lebih aktif dan tindakannya memiliki tujuan. Di sini mereka akan mulai bertanggung jawab, untuk memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan inisiatif. Anak akan mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab atau cemas.
     Dalam observasi kami melihat ketika ada anak yang terlambat mereka bersikap diam, menundukkan kepala, merasa malu, dan ragu untuk bergabung senam pagi dengan teman-temannya.
         Anak-anak TK Khansa juga memiliki rasa inisiatif. Tanggung jawab yang mereka menunjukkan inisiatif tersebut. Setelah bertanya pada guru-guru, kami mengetahui bahwa mereka latihan menari karena keesokan harinya mereka akan mengikuti lomba menari.
           
TK Khansa tidak hanya menuntut anak untuk belajar, namun mereka juga memahami bahwa dalam tahap ini anak-anak lebih mengembangkan diri mereka dengan bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Para guru tidak pernah memarahi anak jika terkadang mereka bermain atau tidak fokus dalam pembelajran. Pada hari sabtu anak-anak juga diajak untuk menonoton film bersama. Film yang disajikan juga film yang sesuai dengan umur dan perkembangan anak.
Bagi anak-anak yang berada dalam tingkat playgroup juga tidak dibebani dengan pelajaran. Mereka hanya diajarkan bagaimana memegang pensil, menulis. Namun mereka lebih dominan dibebaskan untuk bermain.
        F.     KESIMPULAN
Kesimpulan Kelompok:
·         Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, dan metode yang digunakan juga harus sesuai dengan jenis pembelajaran yang akan dipelajari.
·          Bagi anak-anak TK, keefektifan dan pengetahuan guru juga sangat dibutuhkan karena pada tahap usia ini, mereka lebih cepat mempelajari sesuatu jika dilihat secara langsung. Kita dapat menggunakan Teori Behaviouris : Modelling dan Vygotsky (Scaffolding).
·          Pembelajaran ini sangat efektif bagi anak-anak yang berada pada tahap inisiatif vs malu dan ragu.
Kesimpulan Pribadi
Anak-anak yang berada di taman kanak-kanak akan lebih menyukai ketika proses belajar itu tidak monoton dan dibarengi dengan bermain, bernyanyi, dsb. Kita dapat melihat bakat seoranga anak dari ia masih kecil dari cara anak mengekspresikan segala bentuk prilakunya. Anak cenderung menyukai seorang pendidik yang mengerti keadaan atau keingin mereka ketika ingin mengajaknya untuk belajar, misalnya; pendidik harus perlahan-lahan membujuknya ketika si anak mulai bosan, dengan tidak memaksakan kehendak pendidik saja:)  Cara mengajar yang efektif sangat diperlukan dalam mengajar anak di taman kanak-kanak.
Anak-anak lebih mudah memahami memahami pembelajaran ketika melihat teman atau pendidiknya mempraktekkan yang dimaksudkan (observasional :modeling system).
Anak-anak harus mendapatkan instruksi terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, inilah guna pendidik untuk menberitahukan yang baik untuk peserta didiknya. Karena pada tahap anak di masa taman kanak-kanak, anak akan mengikuti apa saja yang dilihatnya dari pendidikny.
Mereka berusia 3-5 tahun yang berada pada tahap kanak-kanak awal, inisiatif vs rasa bersalah menurut Erikson.
Saya banyak memperoleh manfaat dari observasi di lapangan untuk melihat adik-adik di TK, begitu sulitnya saya rasa untuk guru mengatur anak-anak yang lagi hobi bermain sana-sini, lucu melihat adik-adik yang senam sebelum masuk kelas, bernyanyi, berjoget india dll. Disini saya juga belajar berinteraksi di kawasan orang lain (adik-adik & guru di TK). melalui observasi secara berkelompok ini, membuat saya lebih mengenak adik-adik junior saya dalam satu kelompok. bagaimana berkerjasama dengan mereka dalam menyelesaikan satu tugas, dengan menyatukan jadwal yang pas dengan mereka dan menyatukan inspirasi yang berbeda-berda namun tetap menjadi satu kesatuan:) terimakasih adik-adik teman kelompokku!
G. DOKUMENTASI





Senin, 14 April 2014

Laporan Perancangan Metode Pelatihan Kelompok 4


KELOMPOK 4 
 ANGGOTA :
cyntia 
aisyah
eva
akhlakkazimi
fatimah 


Melestarikan lingkungan untuk hidup harmonis dengan alam. Demi mempromosikan pengurangan limbah dan memotivasi daur ulang tanpa memandang usia dan status sosial dan tanpa takut kotoran. Masalah dari perubahan lingkungan berdampak langsung dengan perilaku manusia, diantara masalah-masalah itu adalah masalah-masalah yang yang dihadapi baik sebagai individu, sebagai bangsa maupun sebagai spesies.
Belakangan ini, begitu banyak orang yang tidak peduli dan tidak sadar dengan lingkungannya, terlihat dari banyak sekali  sampah yang berserakan dan dibuang sembarangan, serta pemakaian bahan plastik atau bahan-bahan yang susah untuk diurai yang dapat menyebabkan global warming. Masyarakat begitu tidak peduli dengan apa yang akan trejadi jika mereka berbuat seperti itu, mereka tidak mementingkan bagaimana anak cucu mereka bisa hidup dengan keadaan lingkungan yang semakin hari semakin buruk. Padahal, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi global warming. Pelestarian lingkungan yang terkenal adalah prinsip 3R, Reduce (mengurangi penggunaan barang yang tidak diperlukan), Reuse (menggunakan kembali barang yang masih bisa digunakan), dan apabila kedua langkah tidak lagi bisa dilakukan barulah melakukan Recycle (daur ulang). Recyle membuat bahan atau benda yang susah diurai menjadi benda yang kembali berfungsi dan dapat digunakan kembali dalam kegiatan kita sehari-hari contohnya sumpit yang akan di daur ulang menjadi sebuah alas makan, bahan yang telah di daur ulang juga dapat menjadi salah satu sumber penghasilan ketika barang tersebut bisa terjual. Untuk recycle barang bekas juga tidak sulit hanya saja butuh kesadaran mengenai pentingnya kesejahteraan lingkungan dan meluangkan sedikit waktu dan energy untuk membuatnya.
Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai bahwa sampah seharusnya dikurangi, maka dari itu kelompok mengangkat tema pelatihan yakni pelestarian lingkungan dengan recycle sumpit menjadi alas makan.
Pelatihan sosialisasi merupakan penyampaian informasi dengan melipatgandakan pihak-pihak penerima pesan (receiver) yang dalam hal ini adalah publik, dimana publik yang terdiri dari banyak individu yang memiliki skala intelektualitas yang berbeda. Sebagai contoh, seseorang yang berpendidikan sekolah dasar dengan universitas tentu saja berbeda dalam menanggapi sosialisasi tentang informasi tertentu. Kegiatan sosialisasi merupakan proses komunikasi yang sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, yang menurut William G Scoot dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor, yaitu :
a.       The Act (Perbuatan)
b.      The Scene (Adegan)
c.       The Agent (Pelaku)
d.      The Agency (Perantara)
e.       The Purpose (Tujuan)

Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah kelompok mengharapkan Masyarakat lebih peka dengan lingkungan dan bertambah pengetahuannya untuk melestarikan lingkungan.

Peserta/ Sasaran ketika Pelatihan :
1.      Teman-teman dikelas Andragogi

Target perubahan (Perubahan perilaku yang diharapkan) :
2.      Timbulnya kesadaran masyarakat untuk peduli lingkungan
3.      Meningkatnya pengetahuan masyarakat untuk sadar lingkungan dengan 3R

Alat yang digunakan :
1.      Sumpit
2.      Lem UHU
3.      Cat warna
4.      Pernis ( pengkilat )
Prosedur pelaksanaan :
1.      Menggumpulkan sumpit bekas yang telah dicuci lalu sumpit direndam dengan pewangi agar sumpit tidak meninggalkan bau dari makanan, setelah bau sumpit hilang sumpit tersebut dijemur, setelah sumpit tersebut kering dan wangi, sumpit tersebut diberi pewarna dari cat lalu setelah warna merata di bagian badan sumpit, sumpit tersebut di jemur kembali agar warnanya menempel dengan bagus.
2.      Susun sumpit menjadi dua dan di rekat dengan lem. Setelah terkumpul sususan sumpit yang berjumlah dua, kita susun sumpit tersebut menjadi tidak sejajar  diretkan dengan lem. Buat sepanjang yang kita inginkan.