Jumat, 18 Oktober 2013

Model Kognitif dan Teori Motivasi Akademik



Psikolog dan pendidik motivasional.. tertarik pada.. bagaimana pikiran ( anak ) mempengaruhi prilaku mereka – pilihan penting mereka di sekolah, keterlibatanmereka dalam tugas-tugas akademik, kemampuan mereka untuk gigih saat menghadapi kemunduran. (Dweck, 2002)
            Pikiran dan perasaan siswa tentang sekolah dan tugas sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang belajar. Satu contoh, yang dibahas di Bab 10, adalah ketangguhan diri (self-efficacy). Siswa dengan ketangguhan diri yang tinggi meningkatkan usahanya pada tugas yang sulit, gigih saat menghadapi rintangan, dan cenderung menentukan tujuan yang menantang. Fokus pada ketangguhan diri dan keyakinan dan nilai siswa lainnya berbeda dari pandangan sebelumnya yang mengusulkan insiting dan kehendak sebagai penyebab motivasi.
         Pendekatan berbeda untuk motivasi adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian di masa lalu akan memengaruhi tindakan individu di masa depan . pendekatan di mulai dengan karya Fritz Heider (1958) yang berfokus pada penyebab kejadian yang dikembangkan oleh “manusia di jalanan”. Misalnya, seseorang melompat saat naik kereta bawah tanah. Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya tindakan ini adalah faktor-faktor yang ada di dalam orang itu dan faktor-faktor di lingkungan.  Pertanyaan pertamanya adalah : apa penyebabnya ? kedua : informasi apa yang memengaruhi identifikasi penyebab ( misalnya keyakinan bahwa orang itu kumuh, tangan terkepal) ? ketiga : apa konsekuensi dari penyebab yang dipilih (atribusi) ? dengan kata lain, teoretisi atribusi fokus pada cara orang menjawab pertanyaan Mengapa ?

Asumsi Dasar
             Pendekatan utama untuk analisis motivasi tiga asumsi. Pertama, motivasi individual adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakterikstik tertentu dari anak (Wigfield & Eccles, 2002) diantaranya adalah norma social, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap kesuksesas dan kegagalan siswa. Jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
            Kedua, pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif. Pada tingkat tertinggi, penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari lingkungan juga telibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi.
            Ketiga, dan terkait dengan asumsi pertama, adalah bahwa motif, kebutuhan atau tujuan siswa adalah pengetahuan eksplisit. Artinya siswa dapat memikirkan keyakinan ini dan mengkomunikasikannya kepada orang lain. (Murphy & Alexander, 2000).

Komponen Proses Motivasional
            Ada tiga pendekatan untuk studi motivasi dalam latar yang berkaitan dengan prestasi adalah: (a) model ekspektasi nilai, (b) model orientasi tujuan; dan (c) teori atribusi.

Model Ekspektasi Nilai
        Model Ekspektasi Nilai ini adalah perluasan dari model Atkinson (19580, yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atikinson, versi ini memandang ekspektasi dan nilai sebagai komponen kognitif daripada motivasional( Wigfield & Eccles, 1992)
 
Model Beorientasi Tujuan
        Berbeda dengan model ekspektasi nilai, model berorientasi tujuan membahas alasan siswa untuk melakukan tugas akademik, misalnya tujuan siswa di pelajaran biologi adalah untuk mendapat nilai A, namun pernyataan ini tidak mengindikasikan tujuan dari mengikuti pelajaran itu. Tetapi model berorientasi tujuan mencari tahu apakah  tujuannya adalah untuk mempelajari konsep baru, menunjukkan kompetensi seseorang kepada orang lain,
         Secara formal, orientasi tujuan adalah “ seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan mendekati dan melakukan aktivitas belajar “ . deskripsi asli dari struktur tujuan siswa mengontraskan dua kategori umum yang merefleksikan tujuan yang berbeda dengan definisinya, adalah : (a) belajar dan tujuan kinerja, (b) penguasaan dan tujuan kinerja, (c) orientasi yang melibatkan tugaas dan ego.

Teori Atribusi
Model ekspektasi nilai dan model orientasi tujuan mendeskripsikan antisipasi khusus, nilai, atau alasan untuk mendekati dan melakukan tugas yang berkaitan dengan prestasi. Atau alasan untuk mendekati dan melakukan tugas yang berkaitan dengan prestasi. Lebih jauh, model orientasi tujuan mengidentifikasi strategi belajar positif dan negative yang diasosiasikan dengan orientasi tujuan yang berbeda-beda. Sebaliknya, Teori atribusi membahas pemikiran, emosi dan ekspektasi orang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. (Weiner, 1980).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar