Psikolog
dan pendidik motivasional.. tertarik pada.. bagaimana pikiran ( anak )
mempengaruhi prilaku mereka – pilihan penting mereka di sekolah,
keterlibatanmereka dalam tugas-tugas akademik, kemampuan mereka untuk gigih
saat menghadapi kemunduran. (Dweck, 2002)
Pikiran dan perasaan siswa tentang
sekolah dan tugas sekolah merupakan fokus utama dalam riset dan teori tentang
belajar. Satu contoh, yang dibahas di Bab 10, adalah ketangguhan diri (self-efficacy). Siswa dengan
ketangguhan diri yang tinggi meningkatkan usahanya pada tugas yang sulit, gigih
saat menghadapi rintangan, dan cenderung menentukan tujuan yang menantang.
Fokus pada ketangguhan diri dan keyakinan dan nilai siswa lainnya berbeda dari
pandangan sebelumnya yang mengusulkan insiting dan kehendak sebagai penyebab
motivasi.
Pendekatan berbeda untuk motivasi
adalah pendapat bahwa pemahaman tentang penyebab kejadian di masa lalu akan
memengaruhi tindakan individu di masa depan . pendekatan di mulai dengan karya
Fritz Heider (1958) yang berfokus pada penyebab kejadian yang dikembangkan oleh
“manusia di jalanan”. Misalnya, seseorang melompat saat naik kereta bawah
tanah. Kondisi yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya tindakan ini
adalah faktor-faktor yang ada di dalam orang itu dan faktor-faktor di
lingkungan. Pertanyaan pertamanya adalah
: apa penyebabnya ? kedua : informasi apa yang memengaruhi identifikasi
penyebab ( misalnya keyakinan bahwa orang itu kumuh, tangan terkepal) ? ketiga
: apa konsekuensi dari penyebab yang dipilih (atribusi) ? dengan kata lain,
teoretisi atribusi fokus pada cara orang menjawab pertanyaan Mengapa ?
Asumsi Dasar
Pendekatan utama untuk analisis motivasi tiga
asumsi. Pertama, motivasi individual
adalah hasil dari interaksi antara faktor lingkungan dengan karakterikstik
tertentu dari anak (Wigfield & Eccles, 2002) diantaranya adalah norma
social, catatan kinerja orang lain, reaksi afektif dari guru terhadap
kesuksesas dan kegagalan siswa. Jenis tujuan dan struktur kelas, sejarah
prestasi anak, dan keyakinan mereka tentang sifat dari kemampuan.
Kedua,
pemelajar adalah pemroses informasi yang aktif. Pada tingkat tertinggi,
penilaian diri atas kapabilitas seseorang dan interpretasi informasi dari
lingkungan juga telibat dalam motivasi yang berkaitan dengan prestasi.
Ketiga,
dan terkait dengan asumsi pertama, adalah bahwa motif, kebutuhan atau tujuan
siswa adalah pengetahuan eksplisit. Artinya siswa dapat memikirkan keyakinan
ini dan mengkomunikasikannya kepada orang lain. (Murphy & Alexander, 2000).
Komponen Proses Motivasional
Ada tiga pendekatan untuk studi
motivasi dalam latar yang berkaitan dengan prestasi adalah: (a) model
ekspektasi nilai, (b) model orientasi tujuan; dan (c) teori atribusi.
Model
Ekspektasi Nilai
Model Ekspektasi Nilai ini adalah perluasan
dari model Atkinson (19580, yang mendefinisikan ekspektasi dan nilai sebagai
konstruk motivasional. Berbeda dengan model Atikinson, versi ini memandang
ekspektasi dan nilai sebagai komponen kognitif daripada motivasional( Wigfield
& Eccles, 1992)
Model
Beorientasi Tujuan
Berbeda dengan model ekspektasi
nilai, model berorientasi tujuan membahas alasan siswa untuk melakukan tugas
akademik, misalnya tujuan siswa di pelajaran biologi adalah untuk mendapat
nilai A, namun pernyataan ini tidak mengindikasikan tujuan dari mengikuti
pelajaran itu. Tetapi model berorientasi tujuan mencari tahu apakah tujuannya adalah untuk mempelajari konsep
baru, menunjukkan kompetensi seseorang kepada orang lain,
Secara formal, orientasi tujuan
adalah “ seperangkat niat kelakuan yang menentukan bagaimana siswa akan
mendekati dan melakukan aktivitas belajar “ . deskripsi asli dari struktur
tujuan siswa mengontraskan dua kategori umum yang merefleksikan tujuan yang
berbeda dengan definisinya, adalah : (a) belajar dan tujuan kinerja, (b)
penguasaan dan tujuan kinerja, (c) orientasi yang melibatkan tugaas dan ego.
Teori
Atribusi
Model
ekspektasi nilai dan model orientasi tujuan mendeskripsikan antisipasi khusus,
nilai, atau alasan untuk mendekati dan melakukan tugas yang berkaitan dengan
prestasi. Atau alasan untuk mendekati dan melakukan tugas yang berkaitan dengan
prestasi. Lebih jauh, model orientasi tujuan mengidentifikasi strategi belajar
positif dan negative yang diasosiasikan dengan orientasi tujuan yang
berbeda-beda. Sebaliknya, Teori atribusi membahas pemikiran, emosi dan
ekspektasi orang setelah muncul hasil yang terkait dengan pencapaian. (Weiner,
1980).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar