Kelompok : 4
Ketua
Kelompok : Nanda Lukita Audi (101301105)
Anggota
Kelompok : Ilmi Khoir Purba
A.
EVALUASI
Observasi
dimulai dengan mencari sekolah mana yang akan menjadi objek observasi. Awalnya
kelompok kami ingin melakukan observasi di SD Taman Siswa yang berada di Setia
Budi, namun pihak sekolah tidak mengizinkan untuk melakukan penelitian.
Akhirnya kami mencari sekolah lain yang tidak jauh dari SD tersebut. Sekolah
yang menjadi objek observasi kami yaitu Taman Kanak-kanak Khansa Medan.
Ketika
sampai di TK tersebut kami disambut dengan hangat oleh Kepala Sekolah dan
Guru-guru yang berada di sana. Kami menyampaikan tujuan kami untuk melakukan
observasi, dan Ibu Kepala Sekolah menyetujuinya. Dengan syarat membawa surat
izin dari fakultas.
Pada
tanggal 4 April 2014, kami melaksanakan
observasi. Setiap anggota kelompok telah memiliki tugas masing-masing. Kami
melaksanakan observasi sesuai dengan tugas yang diberikan, dan saling membantu
jika sesama anggota ada yang kesulitan.
Kami
melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah dan para guru untuk mengetahui
bagaimana sikap anak-anak sehari-hari, materi pelajaran yang diberikan, jumlah
uang sekolah, dan lama waktu belajar.
Observasi
dilakukan selama 40 menit, dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai pukul 08.40 WIB.
Observasi yang dilakukan berjalan dengan lancar dan kami mendapatkan informasi
tentang bagaimana proses pembelajaran, sikap anak serta pengaruh lingkungan
sekolah terhadap perkembangan kognitif anak.
B.
PROFIL
SEKOLAH
Nama
Sekolah : YAYASAN PENDIDIKAN KHANSA MEDAN
Alamat
Sekolah : Jl. Setia Budi Pasar I No 60 Tanjung Sari
Kec. Medan Selayang
Telepon : 061-8214315
Uang
Sekolah : TK A dan TK B = Rp.150.000
Playgroup = Rp.180.000
Jumlah
Kelas : 6
TK A = 2 kelas
TK B = 3 kelas
Playgroup = 1 kelas
C.
LAPORAN
OBSERVASI
~
Tanggal Observasi : 4 April 2014
Waktu : 08.00-08.40 WIB
Pembagian
Tugas : Wawancara :
Nanda Lukita Audi (101301105)
Yunike
Mariana (131301137)
Notulen
: Ilmi Khoir Purba (131301003)
Dokumentasi : Felix christian
sianturi (131301111)
Evelyn (131301135)
Narasumber : Zunaidar nasution S.Pd (Kepala Sekolah)
Seluruh Guru TK Khansa
Suasana
Observasi : Suasana observasi sangat menyenangkan.
Observasi dilakukan di dalam dan di luar ruangan. Para guru pengajar sangat
ramah dan bersahabat. Mereka banyak memberitahu kami informasi tentang
pembelajaran yang dilakukan.
~Profil Kelas : Playgroup (1 kelas)
TK A (2 kelas)
TK B (3 kelas)
TK A (2 kelas)
TK B (3 kelas)
Perlengkapan di kelas :
- Whiteboard - Lemari
- Jam Dinding - Kipas Angin
- Mainan - Tong Sampah
- Meja (4-5 buah) - Hiasan Dinding
- Whiteboard - Lemari
- Jam Dinding - Kipas Angin
- Mainan - Tong Sampah
- Meja (4-5 buah) - Hiasan Dinding
D.
POIN-POIN
LAPORAN HASIL OBSERVASI
1. Sebelum
Masuk Kelas: Murid berbaris dan senam
yang dipimpin oleh beberapa murid yang sudah dilatih dan para guru mengikuti
dari belakang murid-murid yang lain.
Selesai
senam, guru memilih murid yang melskuksn senam dengan baik, serta diam dan
tertib kuntuk pertama masuk kelas.
Murid-murid
sudah diajari untuk mandiri dengan cara meletakkan sepatu sendiri di rak sepatu
yang sudah disiapkan.
2. Di
kelas: guru berbicara dengan murid-murid secara lugas dan murid mengerti apa
yang dikatakan. Murid juga terlihat menghargai guru yang berbicara tetapi ada
beberapa murid yang masih kurang konsentrasi dan tertarik melihat sesuatu yang
baru dan berdasarkan body language murid-murid tersebut, mereka terlihat
semangat dalam mengikuti setiap kegiatan sekolah.
Materi
pelajaran setiap hari mencakup:
-
Pembukaan : Tanya Jawab
-
Inti : Seni Sesuai tema setiap
harinya
-
Penutup : Menyanyi
3. Setting
ruangan kelas: tata letak barang-barang dan alat-alat belajar tersusun rapi sehingga kelas terlihat nyaman.
Perabotan dan barang-barang di dalam kelas sangat menarik karena berwarna-warni
dan terdapat mainan-mainan yang dapat meningkatkan minat murid-murid di setiap
kelas.
4. Setting
sekolah secara keseluruhan: Jumlah keseluruhan kelas ada enam yang terdiri dari
TK A dua kelas, TK B tiga kelas, dan playgroup satu kelas. Terdapat halaman
yang cukup luas untuk murid-murid berbaris atau senam dan terdapat fasilitas
berbagai jenis mainan seperti jungkat-jangkit, ayunan, perosotan dan yang
lainnya. Murid-murid dapat bermain dalam waktu senggang.
E.
ANALISIS
TEORI BELAJAR
Setelah
melakukan observasi di TK Khansa ada banyak informasi yang kami peroleh seperti
bagaimana cara para guru mengajar, bagaimana proses belajar berlangsung dan apa
saja yang dipelajari oleh anak-anak setiap hari.
Menurut
kami para guru yang mengajar di sana memiliki cara mengajar yang efektif.
Mereka memiliki Pengetahuan dan Keahlian
Profesional. Ini dapat terlihat karena:
·
Mereka menguasai materi
pelajaran yang disampaikan
·
Mereka memilki strategi
pengajaran yang baik dan mampu menarik perhatian anak-anak untuk melihat dan
melakukan himbauan mereka. Contohnya, ketika sampai di TK para anak dengan gembira bermain degan teman-teman mereka,
namun ketika pukul 08.00 WIBmereka disuruh untuk berbaris dan mengikuti senam
pagi. Walaupun mereka sedang asyik bermain, para guru memiliki strategi untuk mengajak
mereka senam dan meninggalkan permainannya.
·
Para guru memiliki
keahlian motivasional. Contohnya, ketika beberapa anak ada yang merasa bosan
dan tidak melakukan gerakan senam, para guru dengan semangat mengajak mereka
untuk senam kembali.
·
Para guru juga memiliki
kemampuan komunikasi yang baik. Contoh, ketika ada anak yang menangis mereka
mampu membujuk anak. Dari semangat yang terlihat ketika mengajar
menunjukkan mereka memiliki komitmen yang tinggi untuk mengajar.
Ada
beberapa rangkaian kegitan yang kami observasi di antaranya yaitu:
Senam
pagi (Pembelajaran Observasional)
Pembelajaran
Observasional juga disebut sebagai imitai atau modelling, adalah pembelajarn
yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain.
Ketika melakukan senam, ada beberapa
orang anak yang telah mahir berada di depan anak-anak lain yang sedang
berbaris. Merekalah yang menjadi model. Anak-anak lain mengikuti gerakan
mereka.
Ada beberapa proses yang terjadi ketika
modelling, yaitu:
1. Atensi
Atensi merupakan proses memberikan
perhatian pada perilaku yang dilakukan model.
Dalam observasi kami, terlihat bagaimana
anak-anak yang masih kecil khusunya yang berada pada tingkat playgroup
memperhatikan gerakan yang dilakukan oleh model yang berada di depan.
2. Retensi
Retensi merupakan proses mengingat apa
yang telah diperhatikan melalui tahap atensi. Di sinilah ingatan atau memory
berperan.
Setelah anak-anak memerhatikan gerakan,
mereka terlihat seperti berpikir dari
raut wajah mereka. Ini menandakan bahwa mereka mulai mengingat gerakan yang telah
mereka lihat dan memasukkannya ke dalam memory.
3. Produksi
Produksi merupakan proses si mana
terjadi peniruan atau imitasi. Di tahap ini mereka menggunakan menggunakan
memory mereka. Gerakan yang telah mereka ingat, mereka gunakan untuk malakukan gerakan yang sama.
Anak-anak terlihat mulai melakukan
gerakan senam seperti yang dilakukan oleh model (teman mereka). Namun gerakan
yang mereka lakukan tidak sebaik gerakan yang model lakukan, ini sebabkan
karena keterbatasan dalam kemampuan kinerja motor mereka. Gerakan akan semakin
baik jika anak terus melatih gerakan senam.
4. Motivasi
Motivasi mmerupakan penguatan atau
dorongan yang ada untuk melakukan perilaku. Sering kali anak telah
memerhatikan, mengingat dan meniru gerakan model namun Ia tidak termotivasi, ini
akan menyebabkan mereka kurang bersemangat ntuk meniru model.
Ini tampak ketika guru memberikan
senyuman kepada anak yang melakukan gerakan senam dengan baik. Senyuman inilah
yang disebut sebagai penguat (reward). Setelah
selesai senam kami juga melihat para guru akan memilih anak-anak yang melakukan
gerakan senam dengan baik untuk masuk ke kelas terlebih dahulu. Dan anak-anak
yang kurang bagus dalam melakukan senam dan anak-anak yang ribut akan masuk
lebih lama. Inilah hukuman (punishment)
yang mereka terima. Semakin lama mereka tidak bisa tenang maka semakin lama
pula mereka masuk kelas. Hukuman ini membuat para murid lebih tertib dan
semangat untuk melakukan senam dengan baik di keesokan harinya.
Di TK ini anak-anak juga mulai diajarkan
untuk mandiri, sebelum mereka memasuki ruang kelas, mereka membuka sepatu
mereka sendiri dan meletakkannnya di rak yang telah tersedia.
Modelling juga dilakukan ketika anak-anak menari, mereka
menari di sebuah ruangan, ada seorang guru yang memandu mereka. Dengan lincah
anak-anak melakukan tarian. Tarian dilakukan oleh sesama anak-anak perempuan,
dan anak laki-laki bersama anak laki-laki.
Anak-anak perempuan lebih dahulu menari
sedangkan anak-anak laki-laki berada di dalam kelas. Sambil menunggu, mereka
disuruh untuk mewarnai gambar. Di sini mereka mengeluarkan kreativitas mereka
untuk mencocokkan wana dengan gambar yang mereka pilih.
Keteika anak-anak perempuan selesai
menari, anak-anak laki-laki yang mendapat giliran, dan anak-anak perempuan
kembli ke dalam kelas untuk mewarnai gambar.
Praktek
Sholat Duha (Teori Vygotsky: Scaffolding)
Scaffolding merupakan
teori Vygotsky berupa teknik untuk mengubah level bantuan belajar. Bantuan
biasanya dilakukan guru atau teman. Guru yang sebelumnya memberi instruksi
langsung lama-kelamaan tidak memberikan instruksi lagi, karena para murid telah
mengerti membuat kreativitas sendiri, saat kemampuan meningkat maka semakin
sedikit bimbingan yang diberikan.
Dalam
observasi, kami melihat ketika melakukan sholat duha mereka berbaris di dalam
satu ruangan baik anak TK A, TK B, maupun playgroup.
Ada
seorang guru yang mamandu di depan kelas, dan guru-guru lainnya berbaur dengan
murid untuk mengawasi mereka ketika melakukan sholat. Ada yang berada di
belakang, di samping, dan di tengah-tengah anak-anak.
Ketika
sholat dimulai guru yang memandu di depan memberi instruksi langsung, dengan
membaca niat sholat. Dengan spontan semua anak ikut membaca niat sholat.
Dilanjutkan dengan membaca Al-Fatihah, surat pendek, dan yang lainnya.
Ketika
melakukan sholat ada beberapa anak yang bermain dengan temannya, dengan lembut
guru tersebut menyuruh anak itu melakukan sholat kembali. Namun ada juga anak
yang tidak mendengar teguran lembut dari guru, sampai guru tersebut membantu
anak untuk melakukan gerakan sholat.
Selesai
sholat, guru kembali memberi instruksi dengan mengucapkan dzikir, anak-anak
langsung mengikuti berdzikir juga.
Ketika
semua murid telah mengucapkan dzikir, lama kelamaan guru berhenti berdzikir dan
membiarkan mereka untuk melakukan dzikir sendiri. Namun jika mereka mulai
terlihat tidak bersemangat guru kembali ikut berdzikir dan anak-anak semangat
kembali.
Konteks Sosial dan
Perkembangan Sosioemosional (Teori Rentang Hidup Erikson)
Menurut Erikson ada
delapan tahap perkembangan manusia, anak-anak TK Khansa berada dalam rentang
umur 3-5 tahun. Berdasarkan teori Eriksom mereka berada dalam tahap inisiatif
vs. rasa bersalah (kanak-kanak awal).
Dalam tahap ini anak-anak menjadi
lebih aktif dan tindakannya memiliki tujuan. Di sini mereka akan mulai
bertanggung jawab, untuk memunculkan rasa tanggung jawab membutuhkan inisiatif.
Anak akan mengembangkan rasa bersalah apabila mereka tidak bertanggung jawab
atau cemas.
Dalam observasi kami melihat ketika
ada anak yang terlambat mereka bersikap diam, menundukkan kepala, merasa malu,
dan ragu untuk bergabung senam pagi dengan teman-temannya.
Anak-anak TK Khansa juga memiliki
rasa inisiatif. Tanggung jawab yang mereka menunjukkan inisiatif tersebut.
Setelah bertanya pada guru-guru, kami mengetahui bahwa mereka latihan menari
karena keesokan harinya mereka akan mengikuti lomba menari.
TK
Khansa tidak hanya menuntut anak untuk belajar, namun mereka juga memahami
bahwa dalam tahap ini anak-anak lebih mengembangkan diri mereka dengan bermain
dan berinteraksi dengan teman sebayanya. Para guru tidak pernah memarahi anak
jika terkadang mereka bermain atau tidak fokus dalam pembelajran. Pada hari
sabtu anak-anak juga diajak untuk menonoton film bersama. Film yang disajikan
juga film yang sesuai dengan umur dan perkembangan anak.
Bagi
anak-anak yang berada dalam tingkat playgroup juga tidak dibebani dengan
pelajaran. Mereka hanya diajarkan bagaimana memegang pensil, menulis. Namun
mereka lebih dominan dibebaskan untuk bermain.
F.
KESIMPULAN
Kesimpulan Kelompok:
·
Pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai metode, dan metode yang
digunakan juga harus sesuai dengan jenis pembelajaran yang akan dipelajari.
·
Bagi anak-anak TK, keefektifan dan
pengetahuan guru juga sangat dibutuhkan karena pada tahap usia ini, mereka
lebih cepat mempelajari sesuatu jika dilihat secara langsung. Kita dapat
menggunakan Teori Behaviouris : Modelling dan Vygotsky (Scaffolding).
·
Pembelajaran ini sangat efektif
bagi anak-anak yang berada pada tahap inisiatif vs malu dan ragu.
Kesimpulan Pribadi
Anak-anak yang berada di taman kanak-kanak akan lebih menyukai ketika proses belajar itu tidak monoton dan dibarengi dengan bermain, bernyanyi, dsb. Kita dapat melihat bakat seoranga anak dari ia masih kecil dari cara anak mengekspresikan segala bentuk prilakunya. Anak cenderung menyukai seorang pendidik yang mengerti keadaan atau keingin mereka ketika ingin mengajaknya untuk belajar, misalnya; pendidik harus perlahan-lahan membujuknya ketika si anak mulai bosan, dengan tidak memaksakan kehendak pendidik saja:) Cara mengajar yang efektif sangat diperlukan
dalam mengajar anak di taman kanak-kanak.
Anak-anak lebih mudah memahami memahami pembelajaran ketika melihat teman atau pendidiknya mempraktekkan yang dimaksudkan (observasional :modeling system).
Anak-anak harus mendapatkan instruksi terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, inilah guna pendidik untuk menberitahukan yang baik untuk peserta didiknya. Karena pada tahap anak di masa taman kanak-kanak, anak akan mengikuti apa saja yang dilihatnya dari pendidikny.
Mereka berusia
3-5 tahun yang berada pada tahap kanak-kanak awal, inisiatif vs rasa bersalah
menurut Erikson.
Saya banyak memperoleh manfaat dari observasi di lapangan untuk melihat adik-adik di TK, begitu sulitnya saya rasa untuk guru mengatur anak-anak yang lagi hobi bermain sana-sini, lucu melihat adik-adik yang senam sebelum masuk kelas, bernyanyi, berjoget india dll. Disini saya juga belajar berinteraksi di kawasan orang lain (adik-adik & guru di TK). melalui observasi secara berkelompok ini, membuat saya lebih mengenak adik-adik junior saya dalam satu kelompok. bagaimana berkerjasama dengan mereka dalam menyelesaikan satu tugas, dengan menyatukan jadwal yang pas dengan mereka dan menyatukan inspirasi yang berbeda-berda namun tetap menjadi satu kesatuan:) terimakasih adik-adik teman kelompokku!
G. DOKUMENTASI