caroline utama
fithra runisya simamora
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG SEKOLAH
Nama : SMK Tritech Informatika
Medan
Alamat :
Jalan Bhayangkara nomor 484, Medan
Propinsi : Sumatera
Utara
Telepon/ Faximile : 061-6635991/ 061-6641576
Kepala Sekolah : Drs. Suprianto
Status Sekolah : Swasta
Bidang Keahlian : Teknik Informasi dan
Komunikasi
Program Keahlian : Teknik Komputer dan
Informatika
Kompetensi Keahlian : TKJ-Multimedia-RPL
Visi :
Menjadi SMK berbasis teknologi informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan
Berstandar InternasionalMisi : Siswa/i mampu menguasai komputer software dan hardware serta jaringan IT. Melahirkan generasi yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan
Motto : Creative Generation Community
Berawal dari
niat suci Yayasan Bapak Zulfiki, S.E., S.Sos. untuk beribadah kepada Allah SWT
dan pengabdian dirinya bagi dunia pendidikan, SMK Tritech Informatika berdiri
diawali dengan dibukanya Lembaga Kursus Komputer dan Bahasa Inggris yang diberi
nama Tritech Quantum. Seiring dengan perkembangan dan tuntutan dari masyarakat
maka pada tanggal 20 Mei 2010 didirikanlah SMK Tritech Informatika dengan
memakai konsep SMK IT Modern.
SMK Tritech
Infromatika memiliki tiga Program Keahlian, yaitu Teknik Ketrampilan Jaringan,
Multimedia, Rekayasa Perangkat Lunak yang bertempat di Jalan Bhayangkara nomor
522 Medan dan diasuh oleh Guru dan Dosen berpengalaman tamatan S1 dan S2 dari
Universitas Negeri dan Swasta yang terakreditasi oleh Badan Akreditasi
Nasional.
Pada saat ini
SMK Tritech Informatika mengasuh 1000 siswa/i, dengan jumlah pendidik sebanyak
80 orang dan tahun ajaran 2012/2013 telah menempati gedung baru di Jalan
Bhayangkara nomor 484 dengan jumlah kelas sebanyak 36 orang.
Guna
pengembangan selanjutnya pada tahun 2013 akan dibuka STMIK dan PLSM, hal ini
dilakukan dalam rangka memnuhi keinginan masyarakat dan membantu program
pemerintah dalam bidang Pendidikan.
B. DATA OBSERVER
Hari, tanggal observasi : Senin, 18 November 2013
Jam observasi :
08.30 – 09.15 (45 menit)
Jumlah observer : 3 orang (Fithra Runisya,
Caroline Utama, Nanda Lukita Audi)
Posisi observer dalam kelas : di sudut kanan bagian belakang kelas
Kelas
: X
TKJ 3
Mata
pelajaran : Agama
Islam
Nama guru :
Mushohur, S.Pd.
Jumlah
siswa : 24 orang
Alat yang digunakan observer: pulpen, notes dan kamera
- KONDISI FISIK KELAS
Kelas berukuran kurang lebih 4 meter X 7 meter, bagian kanan dan kiri sisi ruangan dibagi menjadi dua
warna, yaitu warna kuning dan hijau. Kemudian bagian depan dan belakang ruangan
berwarna hijau. Di dinding bagian depan ruangan terdapat sebuah white board. Di atas white board terdapat sebuah LCD TV. Di
samping TV tersebut terdapat sebuah AC berukuran 1 PK. Di sudut kanan depan
ruangan terdapat sebuah jam dinding. Meja guru terletak di bagian depan ruangan
sebelah kanan. Sebuah laptop yang tersambung dengan LCD TV terletak di atas
meja guru. Kemudian sebuah kipas angin dipasang di sebelah kiri ruangan.
Posisi duduk siswa dibagi
menjadi tiga bagian. Bagian pertama berada di sebelah kiri ruangan yang
menghadap ke sisi kanan ruangan. Bagian kedua duduk di tengah ruangan dan
menghadap ke white board. Bagian
ketiga duduk di sisi kanan ruangan dan menghadap ke sisi kiri ruangan. Jarak
kursi antara bagian pertama dan bagian kedua adalah 1 meter dan jarak kursi
antara bagian kedua dengan bagian ketiga adalah 0,5 meter.
Terdaapt 4 lampu di
langit-langit ruangan. Lampu dipasang dengan posisi 2 di bagian depan ruangan
dan 2 lainnya di bagian belakang ruangan. Di sudut ruangan terdapat dua buah
sapu dan sekop sampah. Sisi belakang dan kanan ruangan terpasang kerengkeng
besi yang digunakan beberapa siswa untuk menaruh tas mereka.
D. HASIL OBSERVASI PROSES BELAJAR
Guru menjelaskan materi
dengan menggunakan media laptop yang kemudian disambungkan dengan LCD TV. Materi
yang dibahas pada pertemuan yang kami observasi adalah mengenai materi
Husnuzhan. Guru memulai pelajaran dengan berdiri di depan kelas dan mengajak
siswa untuk memulai pelajaran. Guru dengan posisi berdiri, mulai menjelaskan
materi. Tangan guru sesekali mengarah ke siswa dan terkadang senyum tipis dan
mengeluarkan gelak tawa. Guru juga berjalan kecil ke arah sekeliling siswa.
Sambil menjelaskan, guru
sesekali menanyakan beberapa pertanyaan mengenai pemahaman siswa akan materi
hari itu. Kemudian salah satu siswa menjawab dan diikuti oleh jawaban dari
siswa lainnya. Dalam proses belajar mengajar, guru member contoh konkret dalam
kehidupan sehari-hari mengenai materi Husnuzhan dan contoh yang diberikan guru
adalah tentang perilaku korupsi oleh pejabat negara. Guru menjelaskan bahwa
korupsi tidak hanya dilakukan oleh pejabat negara. Korupsi juga dapat dilakukan
secara tidak sadar oleh siapa saja. Guru kemudian mencontohkan korupsi uang
jajan yang dilakukan siswa. Mendengarkan contoh yang diberikan guru, sebagian
siswa tertawa, tangan memgang perut, badan bergundang pelan dan gelak tawa
terdengar di ruagnan kelas. Salah satu siswa kemudian menunjuk temannya sambil
tertawa dan berkata: “Kau kan yang korupsi!”. Kemudian temannya tertawa dan
membalas: “Kau, ya!”.
Ketika guru menjelaskan
materi, terlihat beberapa siswa bercakap-cakap namun hanya sesaat dan kemudian
mereka memperhatikan kembali ke guru. Ada juga siswa yang mengoper flashdisk dan terlihat oleh guru. Guru
kemudian berkata: “Itu isinya bahan, ya? Jangan yang aneh-aneh.” Siswa sambil
tertawa menjawab: “Enggak, Pak, hehehe”.
Media yang digunakan siswa
adalah laptop berisi bahan/ slides, wifi,
modem dan flashdisk. Di tengah
proses belajar, ada beberapa siswa yang mengeluarkan dan bermain handphone. Ada juga beberapa siswa yang
tidak membawa laptop. Ada pula beberapa siswa yang membuka laptop namun tidak
berisi bahan yang diperlajari saat itu.
Seusai guru menjelaskan
materi, guru menanyakan kesimpulan menurut siswa akan materi Husnuzhan.
Kemudian sebagian siswa menjawab. Mendengar kesimpulan menurut siswa, guru
mengangguk sambil berkata: “Ayo sekarang catat kesimpulannya.” Lalu guru
mendiktekan kesimpulannya. Setelah siswa selesai mencatat hasil kesimpulan yang
didiktekan guru, kemudian guru berkata: “Coba kalian lihat, kesimpulan yang
kalian utarakan, hanya sebagian yang sesuai dengan kesimpulan yang sebenarnya.”
Setelah itu, guru menjelaskan tujuan materi hari itu. Sebagian siswa mengetik
kesimpulan di laptop masing-masing dan ada beberapa siswa yang tidak membawa
laptop mencatat kesimpulan di buku tulis.
BAB II
TEORI DAN PEMBAHASAN
1. Teori
Gagne mengidentifikasi
sembilan peristiwa pembelajaran untuk dipakai sebagai pedoman perencanaan
pembelajaran. Fungsinya adalah mendukung proses kognitif pelajar selama
belajar. Misalnya, mengatakan “hari ini kita akan mempelajari prestasi pada
pemain basket dalam memasukkan bola” (menyatakan tujuan) akan membantu siswa
menyiapkan tujuan dan elemen kunci dari peristiwa yang akan muncul (ekspektansi
untuk belajar). Demikian pula memberikan petunjuk atau isyarat dapat
menfasilitas pengkodean dan penyimpanan belajar baru di dalam ingatan jangka
panjang. Berikut table kaitan antara tahapan belajar dengan peristiwa
pembelajaran:
Tabel 1. Tahapan belajar Robert
Gagne (Gredler, 2011: 199)
Deskripsi
|
Tahapan
Belajar
|
Kegiatan Pembelajaran
|
1. Mengarahkan
perhatian
|
Menarik
perhatian siswa dengan menggunakan kejadian tidak seperti biasanya,
pertanyaan atau perubahan stimulus.
|
|
Persiapan belajar
|
2. Ekspektasi
|
Memberitahu
tujuan belajar kepada pemelajar.
|
3. Retriveral (pengambilan
informasi dan/atau keterampilan yang relevan) untuk dimasukkan ke ingatan
kerja
|
Merangsang
ingatan atas belajar yang telah dipelajari sebelumnya.
|
|
Akuisisi dan kinerja
|
4. Persepsi
selektif atas ciri stimulus
|
Menyajikan
stimulus dengan ciri yang berbeda.
|
5. Penyandian
semantik
|
Memberikan
bimbingan belajar.
|
|
6. Retriveral
dan respons
|
Memunculkan
kinerja
|
|
7.
Penguatan
|
Memberi
balikan informatif.
|
|
Transfer belajar
|
8. Pemberian
petunjuk retrieval
|
Menilai
perbuatan/kinerja.
|
9. Generalisasi
|
Memunculkan
kinerja dengan contoh baru.
|
Persiapan Belajar
Menarik
perhatian, memberitahu pemelajar tentang tujuan belajar, dan mendorong siswa
untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya, merupaka tiga kegiatan
pembelajaran yang membuka jalan bagi belajar yang baru. Menarik perhatian
pemelajar dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang provokatif,
menceritakan kejadian yang tidak lazim, atau membangkitkan minat tertentu anak.
Misalnya, belajar tentang atmosfir bumi bisa diawali dengan pertanyaan “Taukah
kalian bahwa salah satu zat yang kita hirup sehari-hari adalah asam belerang?”
(Gagne & Dirscoll dalam Gredler, 2011)
Arti penting
dari menginformasikan tujuan pada siswa tidak boleh diremehkan. Kebanyakan anak
belum dapat menentukan ketrampilan dan konsep yang akan dipelajari dari
tugas-tugas akademik mereka (Peterson dalam Gredler, 2011). Biasanya, mereka
menganggap bahwa tujuan belajar, khususnya tugas di kelas adalah menyelesaikan
tugas. Selanjutnyam untuk mempersiapkan siswa untuk taraf belajar yang baru,
pembelajaran harus mengugah ingatan siswa terhadap prasyarat yang penting
(Tahapan 3/ retrieval).
Akuisisi dan Kinerja
Kegiatan inti dari pembelajaran adalah menyajikan
stimulus tertentu, menyediakan pedoman belajar, memunculkan kinerja dan
memberikan tanggapan atau umpan balik (feedback).
Karakteristik stimulus atau situasi yang dengannya pemelajar berinteraksi
selama pembelajaran akan diberikan terlebih dahulu. Kemudian, pembelajaran
memberi pedoman belajar dengan menghadirkan situasi spesifik yang diiringi
dengan petunjuk yang dibutuhkan.
Pemberian pedoman belajar merupakan kegiatan penting
dalam pembelajaran (Gagner dalam Gredler, 2011). Pertama, ia membantu pemelajar
mentransformasikan kapabilitas baru ke dalam suatu bentuk sandi untuk kelak
diambil. Kedua, ia dapat membuat perbedaan seperti apakah belajar yang baru itu
sulit atau relatif mudah, dan apakah pembelajarannya efektif atau tidak.
Untuk menentukan efektivitas penyandian (encoding), guru meminta siswa
menunjukkan kemampuan barunya. Kemudian diberikan tanggapan yang
mengindikasikan koreksi yang diperlukan atau penguatan dengan mengkonfirmasikan
bahwa tujuan sudah tercapai.
Retrieval dan Transfer
Bagian akhir dari pembelajaran adalah memberikan asesmen
atas belajar hal yang baru dan diikuti dengan petunjuk tambahan tentang retrieval dan transfer. Untuk asesmen,
situasi baru atau contoh baru harus diberikan kepada siswa utnuk memastikan
belajar mereka tidak terbatas pada contoh yang sudah diperkenalkan dalam
kegiatan pembelajaran inti. Pembelajaran kemudian diakhiri dengan stimuli yang
secara khusus didesain untuk memperkuat retensi dan transfer.
2. Pembahasan
Berikut kelompok kaitkan
teroti sembilan tahapan belajar Robert Gagne (Tabel 1) dengan hasil observasi
yang dilakukan kelompok. Menurut teori terdapat sembilan tahapan dalam kegiatan
belajar dan kelompok menemukan beberapa tahapan yang sudah dan belum dilakukan
dalam kelas yang kami observasi:
Tabel 2. Kaitan Hasil Observasi dengan Teori Tabel 1
Deskripsi
|
Tahapan belajar
|
Hasil observasi
|
Pembahasan
|
Persiapan
belajar
|
1. Mengarahkan perhatian
|
-
|
-
|
2. Ekspektasi
|
Penjelasan
guru akan tujuan materi Husnuzhan yang disampaikan di akhir materi.
|
Dengan
memberitahukan tujuan belajar yang akan dicapai, siswa tidak hanya terdidik
dengan teori, namun juga mengetahui lebih dalam tentang manfaat apa yang
diharapkan dari pelajaran tersebut. Namun, dalam kelas yang diobservasi, guru
bukan memberikan tujuan pelajaran di awal, tetapi di akhir. Hal ini kurang
sesuai dengan tahapan belajar Gagne, yang mengharuskan penyampaian tujuan
belajar di awal sebelum materi dimulai.
|
|
3. Retrieval
|
-
|
-
|
|
Akuisisi dan
Kinerja
|
4. Perspektif
selektif atas ciri stimulus
|
-
|
-
|
5. Penyandian
semantik
|
Dalam proses
belajar mengajar, guru memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari
mengenai materi Husnuzhan dan contoh yang diberikan guru adalah tentang
perilaku korupsi oleh pejabat negara.
|
Dalam proses
belajar, siswa memang diharapkan menjadi pembelajar aktif, namun bimbingan
dari mentor/ pendidik juga sangta penting bagi penguasaan informasi. Meskipun
siswa sudah memiliki slide di
laptop masing-masing dan mampu membaca serta mencari informasi mengenai
materi, guru tetap memberikan bimbingan berupa ceramah dan pemberian contoh
di kelas.
|
|
6. Retrieval dan respons
|
Seusai guru
menjelaskan materi, guru menanyakan kesimpulan menurut suswa akan materi
Husnuzhan. Kemudian sebagian siswa menjawab.
|
Setelah mengetahui konsep dan penjelasan materi
pembelajaran, sangat penting menuntut siswa/i untuk memunculkan kinerja
sebagai bukti. Kinerja siswa dalam kelas, ketika guru selesai menjelaskan
dengan ceramah, adalah siswa dituntut untuk memberikan kesimpulan sebagai
bukti dari pemahaman siswa atas materi yang telah disampaikan.
|
|
7. Penguatan
|
Mendengar
jawaban kesimpulan menurut siswa, guru mengangguk sambil berkata: “Ayo
sekarang catat kesimpulannya”. Lalu guru mendiktekan kesimpulan materi.
|
Saat seorang siswa/i telah menunjukkan
kinerjanya, maka ada informasi tambahan ataupun koreksi yang
diberikan oleh guru. Dapat dilihat dengan, setelah siswa menyampaikan
kesimpulan dari materi yang diajarkan guru, guru menyampaikan kembali
kesimpulan materi tersebut.
|
|
Transfer
belajar
|
8. Pemberian
petunjuk retrieval
|
Guru berkata:
“Coba kalian lihat, kesimpulan yang kalian utarakan hanya sebagian yang
sesuai dengan kesimpulan yang sebenarnya.”
|
Penting halnya untuk menilai kinerja
siswa dan melihat bagaimana pemahaman
siswa.
Hal ini juga bertujuan agar siswa menyadari seberapa kemampuan penguasaannya
guna kedepannya menjadi lebih baik.
|
9. Generalisasi
|
-
|
-
|
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
observasi kondisi fisik kelas oleh kelompok, kami membuat kesimpulan yaitu
ruang belajar memiliki fasilitas yang cukup baik dengan adanya LCD TV yang
membantu siswa secara visual dalam memahami materi yang disampaikan guru.
Pencahayaan dalam ruangan sangat terang dengan 4 lampu dan ruangan yang sejuk
dilengkapi AC membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi belajar dalam ruangan.
Proses
belajar dalam kelas yang kami observasi memenuhi lima dari sembilan tahap
pembelajaran Robert Gagne (Tabel 2) yaitu: ekspektasi, penyandian semantic, retrieval dan respon, penguatan dan
pemberian petunjuk retrieval.
- SARAN
Hasil
observasi dan pembahasan (Tabel 2) menunjukkan bahwa proses pembelajaran hanya
memenuhi lima dari sembilan tahapan pembelajaran Robert Gagne. Menurut
kelompok, akan lebih efektif pembelajaran yang dilakukan jika memenuhi
kesembilan tahapan tersebut (Tabel 1) dan dengan urutan yang sesuai. Selain
itu, dalam menjelaskan tujuan pembelajaran (tahapan ekspektasi) akan lebih baik
jika guru memberitahukan tujuan pembelajaran sebelum kelas dimulai daripada
sesudah kelas berlangsung agar siswa dapat memiliki gambaran yang jelas tentang
topik yang akan dibahas pada hari itu.
Observer
melihat ada beberapa siswa yang bermain handphone
dan tidak membuka bahan saat proses belajar mengajar. Saran dari kelompok
adalah guru sebaiknya memastikan bahwa siswa membuka materi yang sedang
dijelaskan sehingga proses belajar berjalan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gtedler, Margaret. E. 2011. Learning
and Instruction. Jakarta: Kencana.